'dia terlalu sempurna. lantas, untuk apa kamu bersamanya?'
seseorang menepuk pundak saya seraya berkata demikian. Alis saya mengernyit, tak mengerti arah pembicaraanya.
'ha?'
hanya itu yang mampu saya lontarkan. berharap dia mengerti maksud saya untuk memintanya untuk mengulang dengan lebih jelas.
'dia terlalu sempurna untuk kamu. untuk apa kamu terus bersamanya?'
ucapnya sekali lagi.dan lagi, saya terlalu dongo dalam menafsirkan.
'dalam hal?'
'everything. he has everyting. dia tampan, bertanggung jawab, bahkan bisa dikatakan cerdas. benar-benar perpaduan yang pas untuk dikatakan sempurna, bukan?'
'lantas?'
'lantas?ahaha omg how stupid u are. lantas mengapa kau masih terus bersamanya? untuk apa? karena bahkan tanpamu saja dia sudah memiliki segalanya. dia sanggup menghandle segalanya. bukankah begitu?'
pupil mata saya melebar. otak saya tak lagi sanggup berfikir jernih. dan yeah. benar juga katanya; dalam benak saya berkata.dan lagi, saya hanya diam mendengarkan.
'bahkan, mungkin kamu baginya tidak berarti apa-apa. atau mungkin, kamu baginya hanya benalu. hanya saja, dia tak begitu tega mengatakanya padamu. tapi, tidak kah kamu merasa demikian?'
'tidak. dia cinta saya'
ucap saya, mencoba setenang mungkin.
'hahahah semoga'
katanya mengakhiri pembicaraan sore itu.
namun tiba-tiba langkahnya terhenti. dia memandang kearah saya.
'dan semoga, kamu cepat sadar. dia sudah hebat. tak butuh kamu untuk membuatnya sempurna. dia sudah paket lengkap. tak perlu kamu untuk melengkapi hidupnya'
katanya sebelum akhirnya menghilang dari pandangan.
tanpa sadar, airmata menetes dari mata saya. entah sejak kapan.
saya lantas bercermin. mencoba menenangkan diri saya sekuat mungkin, mencoba menepis obrolan beberapa detik lalu. namun saya kalah, hati saya terlalu sensitif. saya memegangi kepala yang tak sakit. mencoba menguatkan diri sendiri. namun hati, ia selaly membenarkan.
'benar juga. dia telah sempurna. dia punya segalanya. bahkan bisa mendapatkan yang lebih baik dari saya. lalu untuk apa saya disini?'
'benar juga. ia bahkan tak pernah lagi berkata cinta. mungkin benar, dia tidak lagi butuh saya'
kan, begini jadinya. saya jadi meracau tak jelas.
'kata siapa saya tidak butuh kamu? saya sangat butuh kamu. untuk menyempurnakan agama saya, Dita'
pupil saya kembali melebar. suara itu, suara itu tiba-tiba muncul entah darimana. suara yang amat saya cintai selama beberapa tahun ini. saya membalikkan badan.
'kenapa diem?saya memang tidak pernah berkata cinta, tapi tidakkah kamu merasakan cinta dari saya?'
'apa saya masih dibutuhkan dalam hidup kamu?'
'kamu ini bicara apa. saya sangat butuh kamu; untuk menyempurnakan agama saya. bukankah itu sudah saya katakan 5tahun lalu?'
'itu sudah 5tahun berlalu. apakah masih berlaku untuk sekarang?'
'lantas untuk apa saya masih mempertahankan kamu selama ini, Dita?'
'saya kira, itu hanya bualan kosong lelaki, dan saya menjadi penikmat bualan itu, Rafi'
'ajakan menikah bukan hal sesepele itu untuk dijadikan bualan, bukankah kamu sendiri yang mengajarkan pada saya?'
'tapiada yang bilang..'
'jadi kamu lebih percaya saya, atau orang lain, sayang?'
katanya seakan mengerti akan mengarah kemana perkataanku.
.....
hening. saya tak tau harus berkata apa. yang saya lakukan hanya menggaruk rambut yang tidak gatal.
'lantas bagaimana?'
'lantas?'
lagi-lagi, aku memang seperti ini. `telmi tanpa tau waktu.
'lantas, apakah kamu mampu mewujudkan mimpi kita beberapa tahun silam?'
'mimpi yang mana? bukankah, kamu kini telah menggapai semua mimpi kamu?'
'benar. namun ada satu mimpi yang masih akan selalu saya perjuangkan?'
'apa? maafkan saya tmemang pelupa yang baik. namun kita memang telah terlalu banyak bicara mimpi sampai saya lupa mimpi mana yang kamu maksud'
'menikahimu'
katanya secepat kilat.
dan lagi, mata saya melebar. wajah saya tak lagi terkontrol. pasti sudah merah seperti tomat.
'menikahlah dengan saya untuk menyempurnakan agama saya. saya sangat butuh kamu. saya seperti ini pun karena dukungan dari kamu. amat tidak adil jika saya hanya menikmati ini sendirian; jadi, maukah kamu menikmati hasil kerja keras kita bersama?'
kali ini, dia berjongkok didepan saya. tanpa sadar, saya dan dia telah menjadi tontonan. mata saya berkaca tak lagi sanggup untuk berkedip. bibir saya kelu, tak lagi mampu berkata, atau bahkan meneguk ludah. saya hanya mematung seperkian detik hingga akhirnya saya mampu meregangkan otot leher saya untuk memberinya anggukan tanda setuju.
dan secepat kilat, dia memeluk saya erat. saya sebut, pelukan kasih.
terimakasih, telah berlaku istimewa dalam segala hal.
dan..
terimakasih senja, telah menyempurnakan sore manis ini.
-Hasrimrtlizza
seseorang menepuk pundak saya seraya berkata demikian. Alis saya mengernyit, tak mengerti arah pembicaraanya.
'ha?'
hanya itu yang mampu saya lontarkan. berharap dia mengerti maksud saya untuk memintanya untuk mengulang dengan lebih jelas.
'dia terlalu sempurna untuk kamu. untuk apa kamu terus bersamanya?'
ucapnya sekali lagi.dan lagi, saya terlalu dongo dalam menafsirkan.
'dalam hal?'
'everything. he has everyting. dia tampan, bertanggung jawab, bahkan bisa dikatakan cerdas. benar-benar perpaduan yang pas untuk dikatakan sempurna, bukan?'
'lantas?'
'lantas?ahaha omg how stupid u are. lantas mengapa kau masih terus bersamanya? untuk apa? karena bahkan tanpamu saja dia sudah memiliki segalanya. dia sanggup menghandle segalanya. bukankah begitu?'
pupil mata saya melebar. otak saya tak lagi sanggup berfikir jernih. dan yeah. benar juga katanya; dalam benak saya berkata.dan lagi, saya hanya diam mendengarkan.
'bahkan, mungkin kamu baginya tidak berarti apa-apa. atau mungkin, kamu baginya hanya benalu. hanya saja, dia tak begitu tega mengatakanya padamu. tapi, tidak kah kamu merasa demikian?'
'tidak. dia cinta saya'
ucap saya, mencoba setenang mungkin.
'hahahah semoga'
katanya mengakhiri pembicaraan sore itu.
namun tiba-tiba langkahnya terhenti. dia memandang kearah saya.
'dan semoga, kamu cepat sadar. dia sudah hebat. tak butuh kamu untuk membuatnya sempurna. dia sudah paket lengkap. tak perlu kamu untuk melengkapi hidupnya'
katanya sebelum akhirnya menghilang dari pandangan.
tanpa sadar, airmata menetes dari mata saya. entah sejak kapan.
saya lantas bercermin. mencoba menenangkan diri saya sekuat mungkin, mencoba menepis obrolan beberapa detik lalu. namun saya kalah, hati saya terlalu sensitif. saya memegangi kepala yang tak sakit. mencoba menguatkan diri sendiri. namun hati, ia selaly membenarkan.
'benar juga. dia telah sempurna. dia punya segalanya. bahkan bisa mendapatkan yang lebih baik dari saya. lalu untuk apa saya disini?'
'benar juga. ia bahkan tak pernah lagi berkata cinta. mungkin benar, dia tidak lagi butuh saya'
kan, begini jadinya. saya jadi meracau tak jelas.
'kata siapa saya tidak butuh kamu? saya sangat butuh kamu. untuk menyempurnakan agama saya, Dita'
pupil saya kembali melebar. suara itu, suara itu tiba-tiba muncul entah darimana. suara yang amat saya cintai selama beberapa tahun ini. saya membalikkan badan.
'kenapa diem?saya memang tidak pernah berkata cinta, tapi tidakkah kamu merasakan cinta dari saya?'
'apa saya masih dibutuhkan dalam hidup kamu?'
'kamu ini bicara apa. saya sangat butuh kamu; untuk menyempurnakan agama saya. bukankah itu sudah saya katakan 5tahun lalu?'
'itu sudah 5tahun berlalu. apakah masih berlaku untuk sekarang?'
'lantas untuk apa saya masih mempertahankan kamu selama ini, Dita?'
'saya kira, itu hanya bualan kosong lelaki, dan saya menjadi penikmat bualan itu, Rafi'
'ajakan menikah bukan hal sesepele itu untuk dijadikan bualan, bukankah kamu sendiri yang mengajarkan pada saya?'
'tapiada yang bilang..'
'jadi kamu lebih percaya saya, atau orang lain, sayang?'
katanya seakan mengerti akan mengarah kemana perkataanku.
.....
hening. saya tak tau harus berkata apa. yang saya lakukan hanya menggaruk rambut yang tidak gatal.
'lantas bagaimana?'
'lantas?'
lagi-lagi, aku memang seperti ini. `telmi tanpa tau waktu.
'lantas, apakah kamu mampu mewujudkan mimpi kita beberapa tahun silam?'
'mimpi yang mana? bukankah, kamu kini telah menggapai semua mimpi kamu?'
'benar. namun ada satu mimpi yang masih akan selalu saya perjuangkan?'
'apa? maafkan saya tmemang pelupa yang baik. namun kita memang telah terlalu banyak bicara mimpi sampai saya lupa mimpi mana yang kamu maksud'
'menikahimu'
katanya secepat kilat.
dan lagi, mata saya melebar. wajah saya tak lagi terkontrol. pasti sudah merah seperti tomat.
'menikahlah dengan saya untuk menyempurnakan agama saya. saya sangat butuh kamu. saya seperti ini pun karena dukungan dari kamu. amat tidak adil jika saya hanya menikmati ini sendirian; jadi, maukah kamu menikmati hasil kerja keras kita bersama?'
kali ini, dia berjongkok didepan saya. tanpa sadar, saya dan dia telah menjadi tontonan. mata saya berkaca tak lagi sanggup untuk berkedip. bibir saya kelu, tak lagi mampu berkata, atau bahkan meneguk ludah. saya hanya mematung seperkian detik hingga akhirnya saya mampu meregangkan otot leher saya untuk memberinya anggukan tanda setuju.
dan secepat kilat, dia memeluk saya erat. saya sebut, pelukan kasih.
terimakasih, telah berlaku istimewa dalam segala hal.
dan..
terimakasih senja, telah menyempurnakan sore manis ini.
-Hasrimrtlizza