Kamis, 13 Juli 2017

sweetyz

'dia terlalu sempurna. lantas, untuk apa kamu bersamanya?'
seseorang menepuk pundak saya seraya berkata demikian. Alis saya mengernyit, tak mengerti arah pembicaraanya.

'ha?'
hanya itu yang mampu saya lontarkan. berharap dia mengerti maksud saya untuk memintanya untuk mengulang dengan lebih jelas.

'dia terlalu sempurna untuk kamu. untuk apa kamu terus bersamanya?'
ucapnya sekali lagi.dan lagi, saya terlalu dongo dalam menafsirkan.

'dalam hal?'

'everything. he has everyting. dia tampan, bertanggung jawab, bahkan bisa dikatakan cerdas. benar-benar perpaduan yang pas untuk dikatakan sempurna, bukan?'

'lantas?'

'lantas?ahaha  omg how stupid u are. lantas mengapa kau masih terus bersamanya? untuk apa? karena bahkan tanpamu saja dia sudah memiliki segalanya. dia sanggup menghandle segalanya. bukankah begitu?'

pupil mata saya melebar. otak saya tak lagi sanggup berfikir jernih. dan yeah. benar juga katanya; dalam benak saya berkata.dan lagi, saya hanya diam mendengarkan.

'bahkan, mungkin kamu baginya tidak berarti apa-apa. atau mungkin, kamu baginya hanya benalu. hanya saja, dia tak begitu tega mengatakanya padamu. tapi, tidak kah kamu merasa demikian?'

'tidak. dia cinta saya'
ucap saya, mencoba setenang mungkin.

'hahahah semoga'
katanya mengakhiri pembicaraan sore itu.

namun tiba-tiba langkahnya terhenti. dia memandang kearah saya.
'dan semoga, kamu cepat sadar. dia sudah hebat. tak butuh kamu untuk membuatnya sempurna. dia sudah paket lengkap. tak perlu kamu untuk melengkapi hidupnya'
katanya sebelum akhirnya menghilang dari pandangan.

tanpa sadar, airmata menetes dari mata saya. entah sejak kapan.
saya lantas bercermin. mencoba menenangkan diri saya sekuat mungkin, mencoba menepis obrolan beberapa detik lalu. namun saya kalah, hati saya terlalu sensitif. saya memegangi kepala yang tak sakit. mencoba menguatkan diri sendiri. namun hati, ia selaly membenarkan.

'benar juga. dia telah sempurna. dia punya segalanya. bahkan bisa mendapatkan yang lebih baik dari saya. lalu untuk apa saya disini?'

'benar juga. ia bahkan tak pernah lagi berkata cinta. mungkin benar, dia tidak lagi butuh saya'
kan, begini jadinya. saya jadi meracau tak jelas.

'kata siapa saya tidak butuh kamu? saya sangat butuh kamu. untuk menyempurnakan agama saya, Dita'

pupil saya kembali melebar. suara itu, suara itu tiba-tiba muncul entah darimana. suara yang amat saya cintai selama beberapa tahun ini. saya membalikkan badan.

'kenapa diem?saya memang tidak pernah berkata cinta, tapi tidakkah kamu merasakan cinta dari saya?'

'apa saya masih dibutuhkan dalam hidup kamu?'

'kamu ini bicara apa. saya sangat butuh kamu; untuk menyempurnakan agama saya. bukankah itu sudah saya katakan 5tahun lalu?'

'itu sudah 5tahun berlalu. apakah masih berlaku untuk sekarang?'

'lantas untuk apa saya masih mempertahankan kamu selama ini, Dita?'

'saya kira, itu hanya bualan kosong lelaki, dan saya menjadi penikmat bualan itu, Rafi'

'ajakan menikah bukan hal sesepele itu untuk dijadikan bualan, bukankah kamu sendiri yang mengajarkan pada saya?'

'tapiada yang bilang..'

'jadi kamu lebih percaya saya, atau orang lain, sayang?'
katanya seakan mengerti akan mengarah kemana perkataanku.

.....
hening. saya tak tau harus berkata apa. yang saya lakukan hanya menggaruk rambut yang tidak gatal.

'lantas bagaimana?'

'lantas?'
lagi-lagi, aku memang seperti ini. `telmi tanpa tau waktu.

'lantas, apakah kamu mampu mewujudkan mimpi kita beberapa tahun silam?'

'mimpi yang mana? bukankah, kamu kini telah menggapai semua mimpi kamu?'

'benar. namun ada satu mimpi yang masih akan selalu saya perjuangkan?'

'apa? maafkan saya tmemang pelupa yang baik. namun kita memang telah terlalu banyak bicara mimpi sampai saya lupa mimpi mana yang kamu maksud'

'menikahimu'
katanya secepat kilat.
dan lagi, mata saya melebar. wajah saya tak lagi terkontrol. pasti sudah merah seperti tomat.

'menikahlah dengan saya untuk menyempurnakan agama saya. saya sangat butuh kamu. saya seperti ini pun karena dukungan dari kamu. amat tidak adil jika saya hanya menikmati ini sendirian; jadi, maukah kamu menikmati hasil kerja keras kita bersama?'

kali ini, dia berjongkok didepan saya. tanpa sadar, saya dan dia telah menjadi tontonan. mata saya berkaca tak lagi sanggup untuk berkedip. bibir saya kelu, tak lagi mampu berkata, atau bahkan meneguk ludah. saya hanya mematung seperkian detik hingga akhirnya saya mampu meregangkan otot leher saya untuk memberinya anggukan tanda setuju.

dan secepat kilat, dia memeluk saya erat. saya sebut, pelukan kasih.
terimakasih, telah berlaku istimewa dalam segala hal.
dan..
terimakasih senja, telah menyempurnakan sore manis ini.

-Hasrimrtlizza

Rabu, 12 Juli 2017

you've changed.


4tahun sudah saya mengenal kamu.

Namun, baru kali ini saya mencintai kamu se-gi-la ini.

Kamu sudah banyak berubah. Rambutmu tak lagi berhiaskan poni yang kala itu selalu menjadi penghalang saya untuk menatapparas tegar  kamu.

Kamu sudah banyak berubah. Kamu kini telah menjadi sosok pria yang kian dihargai keberadaanya; tak lagi dianggap biasa.

Kamu sudah banyak berubah. Menjadi sosok yang selalu dinanti-nantikan kedatangannya oleh siapapun.

Kamu sudah banyak berubah. Tawa senantiasa terlukis pada bibirmu; bukan lagi tangis yang kala itu kamu jadikan hobi saat kehilangan gadis bodoh 4 tahun lalu.

Kamu sudah banyak berubah. Menjadi sosok yang tawanya selalu dirindukan oleh siapapun.

Kamu sudah banyak berubah. Tak lagi penuh cinta (dengan saya).  Saya bersyukur kamu tidak lagi menggantungkan seluruh cinta pada saya. Saya bangga atas cara kamu yang telah menjadikan sakitmu untuk bangkit. Namun, saya masih ingat jelas bagaimana kamu memperlakukan saya dengan sebaik yang kamu bisa. Saya masih ingat jelas bagaimana kamu menggantungkan seluruh cinta yang kamu miliki pada saya. Saya masih ingat ketika kamu selalu rela menepikan motor hanya untuk membalas cepat pesan dari saya yang kala itu kamu anggap bidadari.

Saya masih ingat bagaimana kamu begitu berjuang untuk saya. Dan saya pun masih ingat betapa berengseknya saya selalu tidak menghargai kamu. Bahkan saya rasa, kata berengsek pun tak sanggup menggambarkan betapa busuknya saya kala itu. Jika suatu hari ada yang bertanya siapa orang paling tidak punya malu di dunia, tolong jawab saya.

Ya. Saya adalah orang paling tidak tahu malu didunia. Saya sudah mencampakan kamu. Namun kamu selalu menjadi baik pada saya. Saya yang selalu buat kamu tak lagi tegar selalu kamu buat senyum setiap harinya. Saya yang dahulu tak lagi menggunakan hati namun kamu selalu memastikan saya selalu aman. Betapa saya baru menyadari betapa tanggung jawabnya kamu dalam hal apapun dan pada siapapun. Kamu selalu berlaku baik. Selalu menebar hal positif. Selalu menjadi bumbu penyedap dalam persahabatan kita. Ya. Bahkan semenjak saya dan kamu memilih berpisah, saya dan kamu memilih bersahabat. Dalam hati saya berkata; betapa dewasanya kita kala itu.

Bahkan dalam persahabatan, kamu membuang jauh rasa kecewa kamu terhadap saya.  Seakan saya dan kamu tak pernah terikat oleh cinta dan terpisah oleh kejahanaman. Ah sebenarnya bukan membuang; menyembunyikan mungkin lebih tepatnya. Ku akui, caramu membuat kita biasa saja patut saya acungi 100 jempol. Karena kepiawaian kamu itu, saya dan kamu bisa sedekat nadi. Kamu mampu menjadi siapapun dalam hidup saya. Bahkan, hingga saya kamu buat bergantung kepada kamu. Ya. Kali ini, saya yang dibuat cinta. Kali ini, saya terlena. Kali ini, saya menyerah pada hati. Hati saya telah kembali jatuh; namun bukan lagi pada orang baru. Namun pada sosok lelaki yang pernah saya jadikan kekasih beberapa tahun lalu. Bahkan, saya dan kamu kini telah lebih dari seorang sahabat. Kita..sepasang kekasih.

Entah, bibir saya amatlah kelu mengucap nya. Sepasang kekasih? Ke-ka-sih? Saya dan kamu kini kembali mengukir cinta? Bagaimana mungkin kamu kembali mencinta saya? Sudah kubilang, saya memang perempuan paling tidak tau malu didunia, berani-beraninya kembali mencinta sosok penuh tanggung jawab seperti kamu. Dan kamu, karena kamu telah memilih saya lagi, gelarmu bukan lagi sang pecinta kopi. Namun pecinta saya. He he he.

Saya pernah bercerita tentang karma dan saya percaya itu. saya percaya akan selalu ada balasan atas hal apapun. Saya percaya jika kesakitan dalam hati pun akan terbalaskan hal serupa. Maka dari itu, saya siap menjadi baja. Siap membawa tameng, dan saya siap jatuh tersungkur. Mengingat seakarang yang begitu mencintai dan yang berlebihan memang selalu menyesakkan dada. Saya berharap, kamu bisa jauh lebih baik dari saya. Kamu tida seberengsek seperti saya kala itu. kamu telah sukses membuat saya kembali mencinta dan kamu tak akan ada bedanya dengan saya jika kamu balas dendam hal serupa yang saya lakukan dulu. Saya tahu kamu tidak sebodoh saya. Terimakasih, jutaan kasih saya beri untuk kamu yang telah lama pergi dan baru menampakan diri.

Kamis, 06 Juli 2017

Welcome (back), love.



Ada kabar gembira yang akan aku tujukan pada hati. Selamat, kini kau telah terbebas dari siksaan bodoh buatanku sendiri. Selamat, tubuhmu tak lagi penuh akan goresan-goresan rindu yang kian memuakan . Selamat, luka lebammu tak lagi kian menganga. Selamat, jutaan cinta aku berikan pada hati yang senantiasa menahan luka. Tak apa, karena  kini kau  telah terbebas akan itu, hai hati.
 
Tulisan kali ini aku tulis dengan penuh cinta. Bukan lagi dengan derai tangis seperti tulisan-tulisan sebelum ini. 

Tulisan kali ini aku tulis dengan senyum. Bukan lagi dengan sendu  yang kian hari kian menyesakkan.

Tulisan kali ini aku tulis dengan mata berbinar. Bukan lagi dengan mata yang kala itu membendung airmata.

Aku ingin bertanya, pernahkah kalian merasakan jatuh hati dengan sosok lalu? Ah tidak, kali ini aku tidak sedang dan tidak akan lagi membahas tentang saku yang selama ini namanya memenuhi blog-ku. Aku ingin menceritakan sosok baruku; ah tidak juga. Sebetulnya, dia sosok lama. Terlalu lama membenamkan diri dalam rulung hati hingga baru sekarang aku temukan (lagi). Sosok lama yang sudah terbenam sejak tahun 2013 lalu. 

Sebetulnya, aku masih tak percaya akan ini. Aku begitu dibuat kagum oleh dirinya. Sebenarnya lucu; bagaimana mungkin aku baru dibuat kagum jika selama ini dia-lah yang selalu mendukungku setiap waktu? Bagaimana mungkin aku baru dibuat cinta jika selama ini dialah orang no.1 paling bangga atas apapun pencapaianku? Bagaimana mungkin aku baru dibuat jatuh hati jika selama ini dialah yang selalu mengajariku arti kehidupan? Ah bukan, dia bukanlah seorang kekasih. Bukan pula sosok yang biasa kalian sebut ‘gebetan’. Namun, kita lebih dari seorang teman. Ya, kita bersahabat. (setidaknya, kala itu) 

Sekarang baru aku mengerti. Betapa status ‘sahabat’ dapat membuat segala rasa menjadi biasa. Membuat segala hal yang sebenarnya melampaui batas seakan masih dalam batas wajar. Iya, betapa aku tak pernah menyadari bahwa perhatian yang selama ini aku beri adalah bentuk dari mencinta. Betapa aku tak menyadari jika semua dukungan dan motivasi yang aku beri adalah bentuk dari kasih sayang. Betapa aku tak pernah menyadari jika tatapan kagumku selama ini adalah sebuah tatapan penuh arti dalam mencinta. Betapa aku tak pernah menyadari bahwa lelucon bahasan masalalu yang kala itu tak henti membuat ku tersenyum adalah sebuah pengharapan untuk kembali dalam masa itu. 

Ah, tak kusangka mencintai sahabat sendiri lebih rumit dari biasanya.
Namun kau tau, ini lebih asik dari biasanya. Ini lebih mendalam dari biasanya. Dan yang pasti, ini akan berjalan lebih tulus dari biasanya.

Jadi, siapapun kamu, aku ingin kau-pun mencobanya. Aku ingin kau merasakan betapa menyenangkanya mencinta sahabat sendiri, sama seperti aku. Ah tidak. Jangan. resikonya besar he he . terlebih, kau harus siap mencinta sendirian. Kali ini, aku hanya berharap; bukan hanya aku yang mencinta.

lots of love,
your bestfriend
your ex too.