Kamis, 06 Juli 2017

Welcome (back), love.



Ada kabar gembira yang akan aku tujukan pada hati. Selamat, kini kau telah terbebas dari siksaan bodoh buatanku sendiri. Selamat, tubuhmu tak lagi penuh akan goresan-goresan rindu yang kian memuakan . Selamat, luka lebammu tak lagi kian menganga. Selamat, jutaan cinta aku berikan pada hati yang senantiasa menahan luka. Tak apa, karena  kini kau  telah terbebas akan itu, hai hati.
 
Tulisan kali ini aku tulis dengan penuh cinta. Bukan lagi dengan derai tangis seperti tulisan-tulisan sebelum ini. 

Tulisan kali ini aku tulis dengan senyum. Bukan lagi dengan sendu  yang kian hari kian menyesakkan.

Tulisan kali ini aku tulis dengan mata berbinar. Bukan lagi dengan mata yang kala itu membendung airmata.

Aku ingin bertanya, pernahkah kalian merasakan jatuh hati dengan sosok lalu? Ah tidak, kali ini aku tidak sedang dan tidak akan lagi membahas tentang saku yang selama ini namanya memenuhi blog-ku. Aku ingin menceritakan sosok baruku; ah tidak juga. Sebetulnya, dia sosok lama. Terlalu lama membenamkan diri dalam rulung hati hingga baru sekarang aku temukan (lagi). Sosok lama yang sudah terbenam sejak tahun 2013 lalu. 

Sebetulnya, aku masih tak percaya akan ini. Aku begitu dibuat kagum oleh dirinya. Sebenarnya lucu; bagaimana mungkin aku baru dibuat kagum jika selama ini dia-lah yang selalu mendukungku setiap waktu? Bagaimana mungkin aku baru dibuat cinta jika selama ini dialah orang no.1 paling bangga atas apapun pencapaianku? Bagaimana mungkin aku baru dibuat jatuh hati jika selama ini dialah yang selalu mengajariku arti kehidupan? Ah bukan, dia bukanlah seorang kekasih. Bukan pula sosok yang biasa kalian sebut ‘gebetan’. Namun, kita lebih dari seorang teman. Ya, kita bersahabat. (setidaknya, kala itu) 

Sekarang baru aku mengerti. Betapa status ‘sahabat’ dapat membuat segala rasa menjadi biasa. Membuat segala hal yang sebenarnya melampaui batas seakan masih dalam batas wajar. Iya, betapa aku tak pernah menyadari bahwa perhatian yang selama ini aku beri adalah bentuk dari mencinta. Betapa aku tak menyadari jika semua dukungan dan motivasi yang aku beri adalah bentuk dari kasih sayang. Betapa aku tak pernah menyadari jika tatapan kagumku selama ini adalah sebuah tatapan penuh arti dalam mencinta. Betapa aku tak pernah menyadari bahwa lelucon bahasan masalalu yang kala itu tak henti membuat ku tersenyum adalah sebuah pengharapan untuk kembali dalam masa itu. 

Ah, tak kusangka mencintai sahabat sendiri lebih rumit dari biasanya.
Namun kau tau, ini lebih asik dari biasanya. Ini lebih mendalam dari biasanya. Dan yang pasti, ini akan berjalan lebih tulus dari biasanya.

Jadi, siapapun kamu, aku ingin kau-pun mencobanya. Aku ingin kau merasakan betapa menyenangkanya mencinta sahabat sendiri, sama seperti aku. Ah tidak. Jangan. resikonya besar he he . terlebih, kau harus siap mencinta sendirian. Kali ini, aku hanya berharap; bukan hanya aku yang mencinta.

lots of love,
your bestfriend
your ex too.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar