Ada
kabar gembira yang akan aku tujukan pada hati. Selamat, kini kau telah terbebas
dari siksaan bodoh buatanku sendiri. Selamat, tubuhmu tak lagi penuh akan
goresan-goresan rindu yang kian memuakan . Selamat, luka lebammu tak lagi kian
menganga. Selamat, jutaan cinta aku berikan pada hati yang senantiasa menahan
luka. Tak apa, karena kini kau telah terbebas akan itu, hai hati.
Tulisan
kali ini aku tulis dengan penuh cinta. Bukan lagi dengan derai tangis seperti
tulisan-tulisan sebelum ini.
Tulisan
kali ini aku tulis dengan senyum. Bukan lagi dengan sendu yang kian hari kian menyesakkan.
Tulisan
kali ini aku tulis dengan mata berbinar. Bukan lagi dengan mata yang kala itu
membendung airmata.
Aku
ingin bertanya, pernahkah kalian merasakan jatuh hati dengan sosok lalu? Ah
tidak, kali ini aku tidak sedang dan tidak akan lagi membahas tentang saku yang
selama ini namanya memenuhi blog-ku. Aku ingin menceritakan sosok baruku; ah
tidak juga. Sebetulnya, dia sosok lama. Terlalu lama membenamkan diri dalam
rulung hati hingga baru sekarang aku temukan (lagi). Sosok lama yang sudah
terbenam sejak tahun 2013 lalu.
Sebetulnya,
aku masih tak percaya akan ini. Aku begitu dibuat kagum oleh dirinya. Sebenarnya
lucu; bagaimana mungkin aku baru dibuat kagum jika selama ini dia-lah yang
selalu mendukungku setiap waktu? Bagaimana mungkin aku baru dibuat cinta jika
selama ini dialah orang no.1 paling bangga atas apapun pencapaianku? Bagaimana
mungkin aku baru dibuat jatuh hati jika selama ini dialah yang selalu
mengajariku arti kehidupan? Ah bukan, dia bukanlah seorang kekasih. Bukan pula
sosok yang biasa kalian sebut ‘gebetan’. Namun, kita lebih dari seorang teman.
Ya, kita bersahabat. (setidaknya, kala itu)
Sekarang
baru aku mengerti. Betapa status ‘sahabat’ dapat membuat segala rasa menjadi
biasa. Membuat segala hal yang sebenarnya melampaui batas seakan masih dalam
batas wajar. Iya, betapa aku tak pernah menyadari bahwa perhatian yang selama
ini aku beri adalah bentuk dari mencinta. Betapa aku tak menyadari jika semua
dukungan dan motivasi yang aku beri adalah bentuk dari kasih sayang. Betapa aku
tak pernah menyadari jika tatapan kagumku selama ini adalah sebuah tatapan
penuh arti dalam mencinta. Betapa aku tak pernah menyadari bahwa lelucon
bahasan masalalu yang kala itu tak henti membuat ku tersenyum adalah sebuah
pengharapan untuk kembali dalam masa itu.
Ah,
tak kusangka mencintai sahabat sendiri lebih rumit dari biasanya.
Namun
kau tau, ini lebih asik dari biasanya. Ini lebih mendalam dari biasanya. Dan
yang pasti, ini akan berjalan lebih tulus dari biasanya.
Jadi,
siapapun kamu, aku ingin kau-pun mencobanya. Aku ingin kau merasakan betapa
menyenangkanya mencinta sahabat sendiri, sama seperti aku. Ah tidak. Jangan.
resikonya besar he he . terlebih, kau harus siap mencinta sendirian. Kali ini, aku hanya berharap; bukan hanya aku yang mencinta.
lots of love,
your bestfriend
your ex too.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar