-ditulis sebagai
luapan atas insiden bom Surabaya-
Ibu Pertiwi
Kami tak sanggup
membayangkan menjadi dirimu
Lelahmu menjaga juga
menaungi kami seakan tak lagi bernilai
Maafkan bangsa kami,
ibu pertiwi
Yang telah
membombardir wajah cantikmu
Merusak seluruh
tatanan bajumu
Bahkan seakan
memperkosamu dengan paksa
Ibu Pertiwi,
Ku tahu betul telah
menjadi makanan bagimu bangsa kami
Merontokan perlahan
rambut indahmu
Kobaran asap yang
perlahan merusak paru-parumu
Bahkan luapan caci
seakan telah menjadikanmu pening tiada kira
Segalanya itu telah
kau tahan demi rantai yang selalu kau genggam erat keberadaanya
Rantai yang kau
jadikan alasan untukmu bertahan
Katamu, rantai
persatuan namanya
Ibu Pertiwi,
Dengan deru kami
ucapkan maaf
Karena hari ini,
penyiksaan bagian dari bangsa kami terhadapmu kian menjadi
Maaf dengan beribu
maaf
Rantai persatuan yang
telah kau genggam erat itu
Yang telah kau jadikan
alasan untuk bertahan itu
Telah sanggup dengan
paksa bangsa kami renggut dari mu
Ibu Pertiwi,
Hari ini, wajahmu tak
lagi kian berbentuk
Tanganmu bergetar,
kutahu betul dirimu telag tak memiliki penopang untukmu bertahan
Karena satu-satunya
alasan untukmu bertahan, telah bangsa kami porak-porandakan
Iya, tiap keeping rantai
telah terhempas jauh entah kemana
Sedang mata rabunmu
itu, tak lagi sanggup untuk menatanya kembali
Ibu Pertiwi,
Bolehkah kami meminta
satu harap?
Tolong kuatkan diri
untukmu bertahan
Kutahu betul lelahmu
tiada terkira
Amarahmu bahkan telah
kian memuncak
Namun, bolehkah aku
memberi penjelasan?
Maafkan kawan kami
yang telah dengan sengaja merusakmu itu
Percayalah, mereka
mencintaimu, sama seperti kami
Hanya saja, dangkalnya
otak telah membuat mereka dengan berani merusakmu dengan dalih kebaikan
Padahal, kebaikan
macam apa?
Namun begitulah bangsa
kami, kutahu betul dirimu pasti lebih paham dengan bangsa kami
Ibu Pertiwi,
Kami pun marah, sama
sepertimu
Namun bagaimanapun
mereka bagian dari kami
Pun bagian dari rantai
yang selama ini dijaga erat olehmu
Doakan bangsa kami
ditengah umur tuamu itu
Kutahu betul ada
banyak dari bangsa kami yang dengan brengsek mencoba memperkosamu
Namun percayalah, ada
lebih banyak pula dari bangsa kami yang merindukan wajah jelitamu
Ibu Pertiwi,
Maukah dirimu kembali
tersenyum?
-
Depok
13 Mei 2018