Assalamualaikum Wr.Wb
Teman-teman, disini aku akan menceritakan pengalaman pribadi aku bersama teman sepermainanku saat masih duduk dikelas 5SD.
Sore itu dibulan Ramadhan, seperti biasanya aku dan teman-teman berangkat ke masjid At-Taqwa guna mengikuti kuliah asar.
Nah saat itu, kebetulan sekali Khotib pengisi kuliah asar kali ini berasal dari luar kota yang tidak bisa menggunakan bahasa Tegal. Dan saat itu aku dan teman-teman duduk tepat didepan sang Khotib.
Saat sedang berceramah panjang lebar, ada sesuatu yang mengganjal dari pandanganku saat aku menatap khotib di depan. Tanpa babibu aku langsung menanyakannya pada teman samping kananku Vivi
"eh kue neng irunge ustade ana apanesih?"
"embuh kue.. upil apa ya?" jawab temanku
"his dudu weh. Tapi Upaaa" sambung temanku yang lain, Lia.
kalian tau upa kan?tau lah tau dong pastinyaaa;3
kami pun ber-oh ria seraya memantuk-mantukan kepala pertanda mengerti.
beberapa saat kemudian, tetap saja 'Upa' itu sangat mengganggu pemandangan kami. Sampai pada akhirnya temanku Lia mengatakan perihal ini kepada ibu-ibu disamping kanannya , bu Supri.
Setelah panjang lebar ceramah telah diucapkan, seperti ustad2 yang lain beliau memberikan waktu untuk para jamaah bertanya mengenai apapun yang berkaitan dengan isi ceramah yang ia bawakan.
Dan dengan PD nya ibu Supri yang tepat duduk disamping kanan lia mengangkat tangan kanannya.
"monggoh ibu mau tanya apa?" Ucap Sopan si Ustad
"nyuwun sewu paak ustad, nyuwun sewu sanget."
"iya ibu, kenapa? mau tanya apa?"
"mboten pak ustad, itu di hidungnya ada nasi sendiriaan"
dengan perasaan malu sang ustad langsung menyentuh hidungnya dan barulah mengetahui bahwa ada nasi sendirian atau yang biasa kita kenal dengan 'u-p-a'dihidungnya.
dan serentak, seluruh penghuni masjid pada waktu itu tertawa dengan lantangnyaaa.
sungguh betapa polosnya ibu supriii :v
Hasri imroatul izza. hanya sebuah konten tanpa arti. jangan dibaca, bahaya. nanti ketagihan hehe.
Kamis, 14 Agustus 2014
Selasa, 12 Agustus 2014
Tulisan Ulang Dari bukudiary,
Tegal, 4 september2013
Pernah nggasih kamu berfikir bahwa ada sesorang yang mencintaimu dengan tulus disini?
iya, aku masih disini. ditempat ini, dihati ini.
masih bertahan akan perasaan ini. Perasaan yang ngga pernah aku atau kamu inginin.
Perasaan yang selalu terlihat tak kasat mata oleh kamu.
Tetapi tenang saja, aku masih disini kok. masih dengan perasaan yang sama. Masih akan menjaga perasaan ini,
sakit? setidaknya berpura-pura terbiasa jauh lebih baik :)
Tau nggasih> saat aku melihatmu tertawa bahagia bersamanya, saat itu lah aku merasa gagal.
Gagal karena tak bisa membuatmu sebahagia itu saat bersamaku.
Mungkin kamu akan beranggapan bahwa ini hanya hasil copastan, Kamu salah. ini aku tulis tulus dari hati.
Hati yang selama ini aku gunakan untuk menyimpan namamu lekat-lekat.
Hati yang selama ini mungkin telah terbiasa menangis karena terlalu lama menahan sakit. Sakit akan adanya perasaan ini. Perasaan yang selalu dianggap sampah.
Tahukah kamu? bayangmu selalu hadir dalam setiap lamunanku..
hadirmu selalu menghantui alam mimpiku.
Namun, apa pernah aku hadir dalam fikiranmu meski hanya secepat kilat?
apa pernah aku hadir dalam mimpi indahmu walau hanya mungkin akan menjadi pemain figuran yang hanya melihatmu bersamanya?
Dalam diam aku berfikir, untuk apa aku selalu memikirkan orang tak pernah menghargai ?
untuk apa aku begitu mencintai orang jelas begitu mencintai orang lain?
untuk apa aku memperdulikan orang yang jelas tak pernah peduli terhadapku.
untuk apa? aku pun tak tahu.
perasaan ini muncul dengan sendiri dan tanpa diinginkaan.
banyak orang yang menilaiku bodoh karena terus menjaga perasaan yang selalu dianggap sampah.
Namun aku lebih senang dibilang bodoh daripada aku harus tersiksa dengan keadaan yang memaksaku untuk memuang jauh perasaan ini.
Dalam diamku aku berfikir. bukankah aku dahulu yang menyayangimu?
namun, kenapa justru dia yang kamucinta?
yang jelas-jelasbelum tentu menyayangimu setulus aku.
Namun sejenak aku berfikir.Aku paham. Aku mengerti jika ini soal perasaan.
Bukan masalah seberapa lama. Namun seberapa jeli ia memilih seseorang untuk pantas dicintai.
aku percaya suatu hari akan tiba saatnya aku dan kamu menjadi kita. Entah kapanpun waktunya itu pasti, aku percaya!
Hasri Imroatul Izza.
Pernah nggasih kamu berfikir bahwa ada sesorang yang mencintaimu dengan tulus disini?
iya, aku masih disini. ditempat ini, dihati ini.
masih bertahan akan perasaan ini. Perasaan yang ngga pernah aku atau kamu inginin.
Perasaan yang selalu terlihat tak kasat mata oleh kamu.
Tetapi tenang saja, aku masih disini kok. masih dengan perasaan yang sama. Masih akan menjaga perasaan ini,
sakit? setidaknya berpura-pura terbiasa jauh lebih baik :)
Tau nggasih> saat aku melihatmu tertawa bahagia bersamanya, saat itu lah aku merasa gagal.
Gagal karena tak bisa membuatmu sebahagia itu saat bersamaku.
Mungkin kamu akan beranggapan bahwa ini hanya hasil copastan, Kamu salah. ini aku tulis tulus dari hati.
Hati yang selama ini aku gunakan untuk menyimpan namamu lekat-lekat.
Hati yang selama ini mungkin telah terbiasa menangis karena terlalu lama menahan sakit. Sakit akan adanya perasaan ini. Perasaan yang selalu dianggap sampah.
Tahukah kamu? bayangmu selalu hadir dalam setiap lamunanku..
hadirmu selalu menghantui alam mimpiku.
Namun, apa pernah aku hadir dalam fikiranmu meski hanya secepat kilat?
apa pernah aku hadir dalam mimpi indahmu walau hanya mungkin akan menjadi pemain figuran yang hanya melihatmu bersamanya?
Dalam diam aku berfikir, untuk apa aku selalu memikirkan orang tak pernah menghargai ?
untuk apa aku begitu mencintai orang jelas begitu mencintai orang lain?
untuk apa aku memperdulikan orang yang jelas tak pernah peduli terhadapku.
untuk apa? aku pun tak tahu.
perasaan ini muncul dengan sendiri dan tanpa diinginkaan.
banyak orang yang menilaiku bodoh karena terus menjaga perasaan yang selalu dianggap sampah.
Namun aku lebih senang dibilang bodoh daripada aku harus tersiksa dengan keadaan yang memaksaku untuk memuang jauh perasaan ini.
Dalam diamku aku berfikir. bukankah aku dahulu yang menyayangimu?
namun, kenapa justru dia yang kamucinta?
yang jelas-jelasbelum tentu menyayangimu setulus aku.
Namun sejenak aku berfikir.Aku paham. Aku mengerti jika ini soal perasaan.
Bukan masalah seberapa lama. Namun seberapa jeli ia memilih seseorang untuk pantas dicintai.
aku percaya suatu hari akan tiba saatnya aku dan kamu menjadi kita. Entah kapanpun waktunya itu pasti, aku percaya!
Hasri Imroatul Izza.
Selasa, 21 Januari 2014
Near-Part4-
Near.
Part4
Author Hasri Imroatul Izza
Tinggalkan jejak dengan like dan komen yaa:p jangan jadi
pembaca gelap:p
Sebuah Cagiva merah telah berhenti di depan rumah besar
bercat putih . Seorang gadis cantik segera turun dari motor cagiva milik
sahabatnya ini. Dan segera membuka gerbang rumahnya untuk segera memasuki surga
dunianya yang tak lain Rumahnya. Ia tak sabar untuk menemui sang kakak untuk
segera menyerahkan ‘cumi bakar’ kesukaan kakaknya.
“bagus banget ya padahal udah ditolong, dibeliin baju,
ditraktir tapi sama sekali ngga ngucapin ‘makasih’”
Langkah sang gadis yang tak lain Tasya segera berhenti
ketika mendengar ucapan Difa yang menurutnya mengganggu pendengarannya. Ia
segera membalikan tubuhnya dan segera melangkahkan kakinya pada sosok yang
telah mengantarkannya saat ini.
“makasih! Udah kan? Nggausah nyindir juga kali”
“segitu susahnya ya ngucapin kata ‘makasih?” ucap Difa dengan penuh penekanan seraya
mendekatkan wajahnya dengan wajah Tasya
“segitu susahnya nolong orang dengan ikhlas?” balas Tasya
yang tak kalah penuh penekanan.
“csshh. Gue balik”
Difa segera menstarter cagiva miliknya dan dalam hitungan
detik, motor ini telah tak terlihat lagi bak ditelan ombak.
Tasya tak terlalu memperdulikan dan kemudian ia segera
membalikan tubuhnya dan melangkahkan kakinya untuk segera memasuki rumah ber cat putih ini.
“Assalamualaikum”
“kak Shila !! liat nih Tasya bawa ap..”
‘Brak’
“Pergi kamu!! Pergi!! anak ngga tau diri!!”
belum selesai Tasya mengucapkan kalimatnya, cumi bakar
yang sedari tadi ia genggam guna di berikan pada kakak tersayangnya terjatuh
begitu saja setelah mendengar sebuah bentakan, teriakan dan tangisan yang ia
tau ia begitu mengenali suara itu.
‘TapTapTapTap’
Tasya segera melangkan kakinya dengan langkah cepat
menuju ke lantai atas. Yang menurtnya adalah sumber suara yang ia dengar tadi.
--
“kak Shilaa!! Mamah apa yang mamah lakuin sama kak
Shilaa?”
Langkah shila berhenti ketika melihat sang mamah sedang
menarik paksa lengan kakaknya yang tak lain Shila. Mamah masih terus menarik
paksa lengan tanngan shilla hingga berhenti pada pintu depan ruang tamunya. Ia
segera mendekati sang kakak dan segera menariknya dalam dekapannya
“Tasya! Sini! Jangan deket-deket lagi sama anak ga tau
diri ini!! Bisa-bisa kamu ketularan ngga benernya!” ucap sang mamah yang segera
menarik paksa lengan Tasya.
“lepasin!! maksud
mamah apa sh? Kak Shila anak yang baik mah”
“gadis kuliahan yang hamil diluar nikah kamu anggap
baik?”
Mata Tasya membulat sempurna. Mencerna kembali perkataan
yang baru saja terlontar dari mulut ibunya.
“ma..maksud mamah?”
“liat ini .kakak kesayangan kamu udah berhasil malu-maluin
keluarga kita! Dia hamil diluar nikah!”
Mata Tasya menatap benda yang ditunjukan oleh sang mamah.
Benda yang saat ini berhasil membuat matanya membulat sempurna. Dan sesaat mata yang tadinya
menatap test pack milik kakaknya , sekarang berganti menatap sang kakak yang
saat ini tengah menangis. Ia tak menyangka dengan apa yang diucapkan sang
mamah.
Ia masih tak menyangka bahwa kakak satu-satunya bisa
melakukan sesuatu yang teramat bodoh.
“sekarang, Pergi kamu!! Anak ngga tau malu! Pergi!!! “
“tapi mah..” ucap shilla memohon.
“pergi!!! dan jangan pernah lagi menganggap aku ibu kamu!
Ngga sudi punya anak yang ngga tau diri kaya kamu!!!!! Ayo Tasya masuk”
‘Brakk’
Suara pintu tertutup dengan sangat keras. Shila masih
menangis. Namun sesaat kemudian,ia segera bangkit dan melangkahkan kakinya
untuk segera menjauh dari rumah ini; rumah yang sekarang bukan menjadi rumahnya
lagi.
**
“pokoknya mamah ngga akan ngizinin kamu pacaran sampai
kamu kerja nanti”
“tapi mah.. Tasya udah gede, tasya bisa kok jaga diri”
“csh. Gadis umur 16tahun kamu anggap gede. Liat kakak
kamu. Dia yang udah kuliah aja masih bisa ‘terjerumus’ . apalagi kamu yang
masih 16tahun”
“tapi mah..”
“pokoknya mamah bilang engga ya engga!”
Tasya segera berlari kearah kamarnya. Jika sudah seperti
ini ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia segera melangkahkan kakinya dengan langkah
lunglai menuju ruangan yang bernuansa pink yang tak lain adalah kamarnya.
Tak menunggu waktu lama, ia segera menuju kearah jendela
kamarnya yang langsung mengarah kearah
halaman rumahnya.
Tak sengaja, matanya menatap sosok yang tadi baru
ditemuinya, sosok yang membuat ibu nya menjadi begitu murkaa.
‘Tes’
‘Tes’
‘Tes’
tetes demi tetes airmata jatuh dengan sendirinya tanpa diperintah.
Tasya menangis ‘lagi’ ketika memandang sang kakak yang semakin lama semakin
menjauh. Ia memandang kakaknya yang saat ini sudah tak terlihat sosoknya.
Tangisnya bertambah deras ketika ia memikirkan nasib shilla untuk kedepannya; ‘
‘kak shilla bakal
pergi kemana?’
‘gimana nasib kak
shila kedepannya?’
‘apa kakak bakal
jadi gelandangan diluar sana?’
‘Tuhan, aku ngga
mau itu terjadi’
**
Hari ini Tasya telat bangun ‘lagi’.mungkin karna cape
semalaman ia habiskan untuk nangis, nangis dan nangis. Ia segera menuruni anak tangga dengan
lari-larian kecil seraya menatap jam yang melingkar pada tangan kirinya
’06:50’. Ah bulshit! Hanya 10menit waktu yang tersisa. Membuat dirinya sekarang
harus tak menyantap sarapannya ‘lagi’.
“mamah .. kak shilaa Tasya berangkat” Teriaknya.
Namun sesaat ia diam, mencerna kata-katanya seraya
melirik kerah sekitar ‘berbeda!’ kini tak lagi ada sosok sang kakak yang selama
in setia menemani Tasya. Namun, ia tak terlalu memikirkan nya. Yang ia fikirkan
saat ini hanyalah ‘bagaimana cara agar ia dapat menuju kesekolah dalam waktu
yang kurang dari sepuluh menit ini?’
Tasya merutuki dirinya sendiri karna semalam ia
mengirimkan sebuah pesan singkat pada difa yang mengatakan agar difa hari ini
tidak usah menjemputnya.
Tasya segera berlari menuju halte yang tak jauh dari
rumahnya. Berharap pada saat itu juga ada angkot kuning yang akan
mengantarkannya ke sekolah.
Namun.. yap! Harapannya kali ini tak meleset. Ia segera
menaiki angkot ini dan segera duduk. Namun kekesalannya kali ini melanda ketika
sang supir tak kunjung menancapkan gas.
“bang ayo dong jalan; 5menit lagi niiihhhhh”
“iya neng iya sabar atuh”
Dan dengan kecepatan yang tergolong ‘pelan’ pun mobil
kuning ini melaju.
**
Disisi lain, seorang pemuda terlihat sesekali memandangi
bangku nomor tiga dan sesekali pula melirik kearah jam dindaing yang telah
menggantung didalam kelas.
Terlihat ia sedang resah, entah karena apa.
“oy dif, kenapa? Kaya bingung gitu” pemuda yang tak lain Difa ini menengok kesumber suara.
“eh sal, gapapa”
“oh yaudah kalo
gitu. Oh iya, Tasya mana? Kok tummben ngga sama lo?”
“dia ngga bareng sama gue tadi sal”
“lho kenapa?”
“semalem dia sms katanya dia mau berangkat sendiri”
“ohh.. bentar lagi bel lho dif., apa jangan-jangan dia
ngga masuk?”
“paling dia agak telatan. Lo tau sendirilah Tasya gimana”
Bel telah berbunyi. Dan kedatangan bu Zaenab yang tak
lain dan tak bukan adalah guru matematika Membuat dua remaja ini maupun
siswa-siswi lain menghentikan aktivitas mereka dan dengan cepat, kelas tampak
hening dan sosok pada bangku no.3 tak kunjung menunjukan tanda-tanda
kedatangannya.
**
Mobil kuning pun
sekarang telah berhenti disebuah halte tak jauh dari sekolah tasya. Gadis ini
pun segera berlaju dengan kecepatan extra guna cepat sampai pada sekolah. Sesaat
ia menengok kearah jam tangan ditangan kirinya . ‘shit!!jam 07:20’ umpatnya
lalu segera berlari kearah belakang guna memanjat pagar sekolah. Karena ia tau,
jika ia kearah gerbangpun ia tak akan diizinkan masuk , justru akan mendapat
santapan rohani dari sang satpam-.-
Dan dengan mengorbankan tangan dan kaki lecet pun Tasya
kini telah berhasil melewati pagar sekolah; dengan susah payaah/
Tasya melangkahkan kakinyamenuju kelasnya yang berada
diujung koridor .
“Assalamualaikum”
Seluruh penghuni kelas serentak menengadahkan kepalanya
guna mengetahui pemilik suara.
“maaf bu saya telat”
“tasya! Kamu ini, kebiasaan. Kamu telat 25menit ”
“saya tau bu, sekali lagi maaf bu,tadi saya..”
“sudah sudah saya gak mau dengar lagi alasan kamu, sekarang
kamu duduk”
‘tap tap tap’
Tasya melangkahkan kakinya dengan nafas yang masih
terengah-engah. Mungkin effect berlari dan memanjat pagar tadi yang masih
terasa.
Dan langkahnya berhenti ketika kakinya telah sampai pada
bangku nomor3 tempat dirinya dan salsha tempati.
“Tasya, kumpulkan PR kamu”
“hah? PR apa sal?”
“PR kemarin lho sya..”
Tasya diam tak menanggapi perkataan bu guru maupun
sahabatnya, salsha. Ia justru memejamkan matanya seraya menggigit keras bibir
bawahnya.
“sya? Jangan bilang lo belum ngerjain” tebak salsha yang
sangat sangat tepat sasaran.
Sedang tasya, ia hanya mampu mengangguk pasrah.
“Tasya! Kumpulkan PR kamu sekarang!”
Perintah bu guru sekali lagi.
“sa..saya bel..belum nger..jain.. b..bu”
Dengan susah payah, tasya mengucapkan kalimat itu. Matanya
masih terpejam dengan kepala yang menunduk ketika mengatakan kalimat
Terdengar suara hentakan sepatu yang mengenai lantai yang
semakin mendekat kearah bangku no.3. jelas sekali itulah bunyi sepatu bu zaenab
yang akan mengarah ke bangku Tasya. Ingin memarahikah? Atau menghukum?pasti.
“sekarang kamu keluar dan bersihkan wc sampai bel
istirahat masuk. Ingat! Sampai jam istirahat masuk!!”
“i..iya b.bu”
‘Tap Tap Tap’
Suara sepatu yang berbenturan dengan lantai yang berasal
dari kini semakin lama semakin tak terdengar. Menandakan bahwa Tasya telah
pergi meninggalkan kelas.
Sedang siswa/siswi lainnya? Mereka kembali disibukan
dengan ribuan angka yang memenuhi ruang dalam otaknnya.
Mungkin jika saat ini mereka harus memilih, mereka pasti
akan memilih untuk menjadi seperti Tasya. Karna yangmereka ingin ‘terhindar’
dari rumus-rumus matematika yang membuat otak seakan berhenti-__-
**
Bel pertanda waktu
istirahat telah berkumandang (?). siswa/i segera keluar kelas dengan begitu
senangnya karena telah terbebas oleh rumus-rumus yang begitu memumetkan :D lain
hal nya dengan siswa lain, gadis ini justru sibuk dengan pekerjaannya saat ini.
Ia haruss siap menahan nafas berkali-kali karena tak
tahan dengan aroma yang dihasilkan dalam ruangan ini. sedang Salsha Difa yang
tak lain sahabtnya seakan menghilang entah kemana bak ditelan bumi.
Saat ini, harapannya hanya satu. ‘bunyikan bel masuk
istirahat’ dengan lebih cepat. Karna ia sudah tak tahan dengan bau yang sedari
2jam yang lalu ia hidup berkalikali.
Dan benar saja, bel pertanda waktu istirahat berakhir
telah berbunyi. Tasya sangat berterimakasih sekali saat ini karena pihak TU
telah mempercepat bunyi bel, pikirnya.
Padahal, semua nampak seperti biasa. Tak ada bel yang
dipercepat dibunyikan. Mungkin itu hanya perasaan Tasya saja karena sedari tadi
sibuk membersihkan toilet hingga tidak memperhatikan waktu .
Tak ingin membuang-mbuuang waktu, ia segera meninggalkan
seperangkat alat pembersih yang ia gunakan sedari tadi disembarang tempat dan
segera melangkahkan kakinya menuju kearah kelasnya guna mengikuti pelajaran
berikutnya.
bersambung..
kritik dan saran ditunggu
Jumat, 17 Januari 2014
`Trail` (CERPEN)
‘Trail‘
Author: Hasri Imroatul Izza
Tinggalkan jejak dengan like dan comen yaa:p jangan jadi
pembaca gelap:p
Seorang gadis cantik, putih tinggi dengaan sebuah pita
yang menghiasi rambut indahnya yang hanya digerai mampu membuat siapapun yang
melihatnya akan terpesona dengan aura
kecantikan nya yang begitu natural.
Gadis ini melangkahkan kakinya dengan begitu santai
melewati koridor sekolah sebelum memasuki kelasnya.
Disepanjang koridor, semua mata menatap kearahnya dengan
tatapan yang mengartikan ‘kekaguman’. Tak heran juga jika banyak sekali kaum
adam yang seringkali menyebutnya bidadari sekolah dan tak jarang pula diantara
mereka yang begitu berjuang untuk
mendapatkan bidadari sekolah ini. Walau meski dalam kenyataannya; ia tak ingin
dulu mengenal cinta.
Langkahnya berhenti ketika ia sudah berada pada sebuah
pintu yang terpampang ‘IX B’ pada bagian depannya. Ia segera melangkahkan
kakinya untuk segera memasuki kelas ini dan seperti biasa ia segera menyapa
sahabat-sahabatnya.
“Selamat pagi semuaa”
Sapa gadis ini pada ke 4 sahabatnya yang tak lain Grace,
Syifa, Lia jugaa Vivi.
“selamat pagi juga bidadari Siviaa:p” balas ke-empat
sahabatnya bersamaan.
“ihh apaan sih kalian ini”
Seperti biasa, ketika sudah diledek oleh
sahabat-sahabatnya , gadis cantik yang tak lain bernama Sivia ini hanya mampu
tersenyum dengan pipi yang merah merona. Dan sesaat, ia beserta ke empat
sahabatnya tertawa lepas.
**
14February.
“oh iya ini 14Februari kan?” tanya Grace, salah satu sahabt
Sivia
“iyaa, keenapa emang grace?” tanya balik gadis kurus,
mancung dengan dagu tirus yang tak lain Syifa.
“kalian ngga pada inget ini hari apa?”
Sivia, Syifa, Vivi serta Lia saling lempar pandang
satu sama lain seraya menggelengkan kepalanya bersamaan. Yang menandakan
bahwa ‘mereka tak tahu’.
“aduhh pliss deh. Ini itu hari Valentine, hari kasih
sayang. Dan kalian tau apa artinyaa?” ucap Grace
“pangeran-pangeran di Sekolah ini akan mendekati sang
bidadari sekolah seraya membawa kado dan mengatakan ‘selamat hari valentine
bidadarii’ hahaha”
Ucap keempat sahabatnya seraya menatap gadis yang sedari
tadi jadi bahan ledekannya. Sivia? Sivia hanya mampu memanyunkan bibirnya
beberapa centi karena terus-terusan menjadi bahan lelucon para sahabatnya.
Teet Teet
Bel sekolah telah 2kali berdering yang menandakan bahwa
saat ini adalah telah tiba waktunya istirahat. Semua orang berhamburan segera
keluar kelas dan memadati kantin. Namun lain dengan orang lain, ke 5 sahabat
ini seperti biasa lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di kelas, ditemani
obrolan-obrolan kecil maupun lelucon-lelucon kecil yang seringkali dilontarkan
oleh mulut Grace.
“Selamat Hari Valentine bidadari”
“selamat hari kasih sayang cantik”
“Happy Valentine day Siviiaaa”
“Selamat hari Valentine Sivia Azizahh”
Mata sivia terperonjak kaget. Baru beberapa menit yang
lalu bel istirahat dibunyikan. Namun, puluhan orang datang dengan begitu
cepatnya segera berlarian memadati kelas 9b yang tak lain kelas Sivia dengan
bergantian seraya mengucapkan ‘Happy Valentine Day’ dengan menenteng sekotak
kado yang kemudian mereka berikan pada Sivia. Puluhan ucapan hari valentine,
puluhan Surat cinta juga puluhan kado ia terima saat ini.
“selamat hari valentine juga semua:) makasih ya buat kadonya:)”
Ucapnya pada puluhan kaum adam yang saat ini tengah
memadati kelasnya. Meski sebenarnya Via tak suka dengan sikap mereka yang
menurutnya ‘berlebihan’ ini, via tak pernah mengatakan atau bahkan hanya
sekedar memancarkan raut ketidak sukaan nya. Ia masih tetap tersenyum seakan
akan ‘ia menyukainya’ .
Inilah yang menyebabkan para kaum adam menyukai Sivia.
Karna selain memiliki fisik yang ‘nyaris sempurna’ , via memiliki sifat yang
begitu ramah dan selalu menghargai apapun yang orang lain lakukan untuknya.
Meski banyak sekali yang menyukai Sivia, tak jarang pula beberapa orang yang
tak suka dengan sivia, kaum hawa kebanyakan. Mungkin mereka iri dengan apa yang
sivia rasakan saat ini. Ada likers, ada haters juga bukan? Lagian siapa sih
yang tak ingin menjadi wanita yang ‘nyaris sempurna’ seperti Sivia?
**
Hidup sivia yang begitu sempurna membuat siapapun ingin
seperti dirinya. Fisik yang begitu sempurna, dengan sifat ramahnya, juga otak
encernya mampu membuat para kaum hawa menatapnya dengan tatapan ‘iri; .
Selain memiliki otak yang tergolong cerdas, gadis ini
juga terlahir dari keluarga pengusaha
kaya raya. Memiliki orang tua yang begitu perhatian, memiliki adik lelaki yang
begitu menyayangi sang kakak, dan memiliki empat sahabat yang selalu ada dalam
suka-duka Sivia.
Hidup yang begitu indah ini membuat gadis ini selalu
disayang oleh orang-orang sekitar. Namun, ini hanya berlaku dulu. Iya, hanya dulu.
**
“besok mamah sama papah ada keperluan bisnis di paris.
Bakalan lama papah sama mamah disana”
“seberapa lama pah?”
“sekitar 3bulanan.terserah kalian mau ikut atau engga ”
“ariel ikut dong pahh:’ dari dulu ariel pengin banget
liat menara eifel”
Ucap ariel, anak terakhir dengan nada manjanyyaa..
“boleh, kalo kamu gimana viaa?”
“aku engga deh pah, udah kelas 9 sayang kalo harus izin
3bulan. Kamu ikut riel? Kamu kan udah kelas 6, bentar lagi ujian. Apa ga sayang
kalo harus ketinggalan pelajaran selama 3bulan?”
“iya sih:’ tapi ariel pengin ikut kak”
“yaudah, untuk kali ini kalian ngga usah ikut dulu yaa..
nanti setelah kalian kelulusan, papah janji bakal ngajak kalian ke paris.
Okee?”
“beneran pah?” ucap kedua anaknya bersamaan.
“beneran dong:’ tapi ada syaratnya”
“apa pah?” tanya cepat sang adik, Ariel.
“kalian harus belajar dengan giat. Ngga boleh males dan
ngga boleh lalai sama kewajiban. Oke?”
“siapp bos!”
“hahaha”
Gelar tawa anak dan orang tua menggelegar didalam rumah
bernuansa minimalis ini. Membuat siapapun yang melihat pasti akan iri dengan
keluarga kecil nan bahagia ini.
**
Telah satu minggu sudah Sivia maupun ariel ditinggal
pergi orangtua mereka untuk menjalankan tugas di Prancis.
Sebenarnya, Sivia maupun Ariel ingin sekali untuk ikut
bersama kedua orangtuanya untuk pergi ke Prancis. Namun, apa boleh buat,
keadaan yang menuntut mereka untuk memilih ‘tidak ikut’. Dan kini, dalam rumah sebesar ini hanya
ditempati oleh 4manusia; Sivia, Ariel, bik Jasmin sang pembantu rumah tangga dan
pa marno sang supir.
Bik jasmin dan Pa marno adalah sepasang suami istri yang
sampai saat ini tak dikaruniai anak. dahulunya mereka adalah seorang pengemis
jalanan yang kemudian di angkat papah sivia untuk tinggal dirumahnya sebagai
pengurus rumah. Dan sejak saat itu, pak marno diikutkan kursus ‘bermobil’ oleh
papah sivia agar nantinya beliau bisa menjadi supir pribadi keluarga bahagia
ini.
Setelah satu minggu ditinggal pergi, semua tampak
baik-baik saja.
Sivia masih tetap menjadi perempuan anggun yang begitu
menawan; ia masih berada pada sekeliling orang-orang yang menyayanginya.
Begitupun dengan Ariel, ia masih tetap menjadi lelaki rajin yang begitu
menyayangi sang kakak, Sivia.
**
“kak berhenti dulu. Ariel capek”
Teriak Ariel kepada kakaknya, mencoba menginstruksikan
agar sivia memberhentikan sepedanya. Yah. Kedua kakak beradik ini memang dari
2jam lalu menghabiskan hari minggu ini dengan bersepedan seperti biasa.
“gitu aja capek. Ah ngga hebat kamu de”
“kak bentar ya, ariel mau beli es krim itu dulu. Ariel
haus”
“yayaya”
“kak Via jangan ninggalin ariel, jangan kemana-mana dulu,
jangan sepeda-sepedaan dulu sebelum ariel balik lagi”
“iya bawel”
Ariel mengayuh sepedannya dengan kecepatan seperti biasa
menuju abang penjual es krim yang mangkal diujung jalan sana. Ia mengayuh
dengan nafas yang terengah-engah. Mungkin karena efek kecapean yang ia terima
setelah bersepedaan 2jam tadi.
10menit sudah ariel berbincang dengan abang penjual es
krim seraya menunggu es krim miliknya .
Namun sesaat..
‘BRRAAKKKK!!!!!!!’
Suara benturan yang teramat keras begitu mengganggu
telingan anak kecil yang sedari tadi menunggu es krim miliknya yang tak lain
adalah Ariel. Bukan hanya ariel, semua orang yang berada disekitar kompleks ini
pun terlihat kaget dan segera berlarian kecil menuju kearah sumber suara.
Ariel yang juga penasaran akan apa yang telah terjadi pun
segera membuntuti para warga untuk menuju kearah sumber suara benturan yang
teramat keras ini. ia segera mengikuti kemana perginya para warga tanpa
memikirkan es krim yang sedari tadi ditungguinya serta tidak memikirkan sang
kakak yang menurutnya ‘ia tinggal’ disebrang jalan sana. Karna yang ada dalam
fikirannya saat ini; ia begitu penasaran akan apa yang telah menghasilkan suara
yang sebegitu kerasnya.
Pesawat luar angkasa yang jatuh kah? Atau pesawat
koruptor yang telah terhempas ke bawah? Atau.. ah sudahlah. Berhenti
berkhayal.__.
**
Ariel mengayuhkan sepeda dengan kecepatan yang tak
seperti biasa. Kali ini, anak laki-laki ini mengayuhkan sepedanya dengan
kecepatan yang tergolong ‘cepat’ . mungkin karena saking penasarannya ._.
Ayuhan sepedanya berhenti ketika ia menemukan segerombol
warga sedang mengerubungi ‘sesuatu’ dijalan sana. Otak ariel dengan cepat dapat
mencerna suasana saat ini yang menandakan bahwa saat ini telah terjadi
kecelakaan, dan penyebab dari suara benturan yang teramat keras tadi adalah
kecelakaan ini. yah ariel menyimpulkan seperti itu.
Tak ingin mencemaskan sang kakak yang ‘menurutnya’ masih
menunggu diseberang jalan sana, ia segera memutar balikan sepedanya dan segera
mengayuhkan sepedanya lagi. Namun , eittsss..
‘CYIIITTSS’
sepeda yang sedari tadi ia kayuh seketika ariel rem
secara mendadak; tunggu dulu. Mata Ariel menangkap sesuatu. Sesuatu yang
menurutnya sangat ia kenali. Sesuatu yang mengganggu pandangannya. Dan ia masih
diam dalam posisinya beberapa saat seraya memandangi ‘sesuatu’ itu, memastikan
bahwa pandangannya saat ini bukanlah khayalan maupun ilusi belaka. Dan..
‘Brak’
Benar! Pandangannya tak salah saat ini. ia membuang asal
sepeda kesembarang arah. Tak peduli jika nantinya ada orang jahat yang akan
mengambil sepedanya saat ini. karna sesuatu yang saat ini ia tangkap adalah
sesuatu yang sangat penting. Pandangnnya masih menuju kearah sesuatu yang
sedari tadi mengganggu pemandangnnya; sesuatu yang tak lain hanya sebuah sepeda
berwarna silver. Ia begitu yakin dan begitu mengenali sepeda ini. sepeda yang
menurutnya seperti.. ah sudahlah.
Ariel segera berlari menerobos kerumunan orang,
memastikan seraya berharap bahwa yang terjadi bukanlah apa yang ia fikirkan
saat ini. namun naas. Semua tak sebanding dengan harapan . ia menangis seraya
mendekati sosok yang saat ini tergeletak.
“kakak..”
“kak Via bangun kakk..”
“jangan tingggalin ariel sendiri..”
Ucapnya seraya memeluk sosok yang tergeletak dengan luka
parah dibagian wajah cantiknya yang tak lain adalah Sivia, kakak kandungnya.
Dan tanpa babibu lagi, ariel segera meminta bantuan para
warga sekitar untuk membawa sivia, sang kakak ke Rumah Sakit terdekat.
**
Sebulan sudah gadis ini terus berdiam diri didalam kamar;
memandangi wajahnya yang saat ini telah berubah bak monster. Bukan hanya
wajahnya saja, kecelakaan yang beberapa waktu lalu menimpanya juga membuat
kedua kakinya tak bisa digerakan alias lumpuh total. Ia terus menangis, meratapi nasib yang saat
ini menimpanya.
Ariel sang adik yang masih terus senantiasa menjaga dan
merawat sang kakak tak pernah mengeluh maupun membentak sang kakak’. Karna ia
tau, berada diposisi sang kakak saat ini bukanlah hal yang mudah.
Namun, meskipun seperti itu sivia selalu menolak dan
melarang ketika Ariel, bik jasmin maupun pak marno akan memberitahu tentang
mamah papahnya akan kecelakaan yang menimpanya saat ini.
Bukan apa-apa, ia hanya tak ingin pekerjaan orangtuanya
terganggu hanya karna sebuah berita mengejutkan bahwa; wajah anak cantiknya sekarang
berubah menjadi monster menyeramkan dan memiliki sepasang kaki yang tak bisa
digerakan lagi?. Ah sunggu tak lucu.
Dalam satu bulan ini, ia hanya menghabiskan hari-harinya
di dalam kamarnya. Entah didalam kamar hanya tiduran, baca buku atau hanya sekedar
menonton acara televisi yang begitu membosankan. Namun menurutnya, seperti ini
jauh lebih baik dibanding ia harus berangkkat sekolah, mengumbar bentuk
wajahnya yang saat ini dipenuhi luka seperyi luka yang telah membusuk dibagian
pipi kirinya . ‘memalukan’. Menurutnya .
lalu bagaimana dengan sekolahnya? Bagaimana dengan sahabt-sahabtnya? Tak ada
satu dari teman sekolahnya maupun dari pihak sekolah yang mengetahui akan
kecelakaan yang menimpa sivia. Yang mereka tau , beberapa waktu lalu mamahpapah
sivia akan menjalankan tugas di luar negeri dan mungkin mereka kira sivia pun
ikut serta.
**
Hari semakin berjalan dengan cepat. Namun gadis ini masih
setia dengan keadaanya; masih terus berada dalam kamar tercintanya.
Sivia memencet remot tv berkali-kali. Menggonta-ganti
dari chanel satu ke chanel yang lain. Memboosankan
menurutnya. Namun tunggu . tangannya
berhenti memencet-mencet tombol remot pada chanel *sensor* . Matanya tak luput
dari acara yang saat ini ia tonton.
Dan sesaat, bulir-bulir airmata jatuh tanpa instruksi
dari mata sivia. Sivia tak kuat menahan airmata ketika menonton acara ini.
bagaimana tidak? Dalam tayangan itu, terlihat seorang gadis lucu berumur
sekitar 16tahun yang sekarang harus kehilangan sepasang tangannya karena
kecelakaanyang menimpanya setahun silam, namun ia tak menyerah! Ia terus
bangkit. Dan ia mencoba menerima apa yang Allah beri saat ini. dan dengan
seiringnya waktu, ia telah terbiasa melakukan sesuatu yang orang lain lakukan
dengan tangan , tapi ia ‘sekarang’ melakukannya dengan kaki.
Sivia segera memencet tombol off pada remot televisinya.
Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan ia keluarkan secara perlahan.
“dia aja bisa kenapa aku ngga?”
“aku ngga boleh nyerah. Hidup kamu masih panjang sivia..”
“Sivia kamu bisa!! Kamu pasti bisa! Ini cuma ujian dari
Allah. Dan Allah ngga akan ngasih cobaan diluar batas kemampuan hambanya”
“okey. Aku bisa!!”
Gumamnya berkali kali didepan cermin, mencoba
menyemangati dirinya sendiri.
**
“kakak beneran mau berangkat sekolah?” tanya Ariel,
mencoba memastikan akan kemauan kakaknya.
“beneran lah sayang:)”
“tapi kan..”
“sstt.. udah ngga usah ngehawatirin kakak, ini Cuma
cobaan dari Allah kok. Dan kakak pasti bisa ngadapinya. Kamu tau kan kalo Allah
ngga akan menguji hambanya diluar batas kemampuan?”
Ariel terpukau. Ia seperti tak sedang berhadapan dengan
kakaknya. Ia seperti berhadapan dengan orang yang begitu mulia; namun ia lebih
senang jika kakaknya seperti; tak mudah putus asa.
**
Semua mata memandang ketika seorang yang begitu lama tak
terlihat sosoknya kini tengah muncul ‘kembali’ . namun dengan fisik yang berubah
total; dengan wajah hancur disertai luka membusuk dibagian pipi kiri, juga
dengan kursi roda yang saat ini menjadi pengganti kakinya.
Namun, Meski fisiknya saat ini telah berubah menjadi
‘sivia yang menyeramkan’ bagi sebagian orang, namun hati sivia masih seperti
dulu. Terbukti ketika ia melewati Disepanjang koridor, ia masih senantiasa
memamerkan senyuman manisnya. Senyuman
yang ‘dahulu’ begitu mereka idam-idamkan. Yang kini hanya menjadi sebuah benda yang tak lagi
ada harganya; sakit memang. Namun ia tak memperdulikan. Pak marno masih
mendorong kursi roda sivia hingga sampai pada kelasnya; kelas 9b.
“assalamualaikum”
Ucapnya ketika memasuki kelas. Semua orang yang berada
didalam kelas menengok ke sumber suara; memastikan bahwa pendengaran mereka tak
salah; memastikan bahwa suara yang mereka dengar tadi adalah suara yang begitu
mereka rindukan saat ini. namun, ketika semua telah menengok ke sumber suara,
bukan pelukan hangat yang ia dapat saat ini. namun tatapan-ttapan tak suka,
heran kaget lah gadis ini dapatkan. Bukan hnya itu mereka bahkan segera menutup
hidungnya, menyumbat hidungnya rapat-rapat karna aroma luka yang membusuk
dibagian pipi kirinya.
Sivia segera menjalankan kursi rodanya menuju kearah
bangkunya. Namun hal yang tak terduga diterimanya. Vivi, ‘sahabat’ yang dahulu
adalah teman sebangkunya kini dengan tak berdosanya ia segera mengambil tasnya
dan segera pindah pada bangku paling pojok kanan. Sivia yang melihat itu dengan
mata kepalanya hanya mampu tertunduk.
Saat akan berangkat sekolah tadi, ia sangat berharap
bahwa ia akan diberi kejutan. Atau setidaknya akan diberi sebuah pelukan hangat
dari para sahabatnya; namun dugaanya salah besar. Memang ia telah mendapat
sebuah kejutan, kejutan dimana saat ini ia melihat para sahabatnya berlagak
seperti oranglain baginya, bahkan hanya untuk sekedar bertanya ‘kamu kenapa? Apa yang telah terjadi
terhadapmu?’ pun tak terlontarkan. Mereka benar-benar menjauhi Sivia.
Menjauhi hanya karna keadaannya sekarang.
**
Seminggu sudah sivia terus menghadapi keadaan yang
seperti ini, keadaan yang mampu membuatnya seringkali mengeluarkan airmata.
Namun, ia tak pernah berhenti untuk menyemangati dirinya
sendiri untuk tidak menyerah . Allah ngga
akan kasih cobaan diluar batas kemampuan hambanya. Dan dibalik kesabaran, pasti
akan ada hasil yang diperoleh kelak” kalimat itulah yang saat ini menjadi
penyemangat hidup sivia.
Semakin hari bukan malah semakin mendekat, teman-teman
sekelas sivia justru malah lebih menjauhi Sivia. Bahkan sekarang semua teman
sekelasnya selalu memakai masker ketika memasuki kelas . dan lagi-lagi Sivia
hanya tertunduk ‘apa segitu baunya aku
sampai kalian seperti itu? Tuhan sabarkan hamba’ ucapnya dalam hati.
‘TeetTeet’
Bel sekolah telah 2x berdering. Menandakan bahwa saat ini
sudah waktunya masuk setelah 15menit waktu istirahat. Dan tak lama, seorang
guru cantik perawakan langsing memasuki kelas. Baru beberapa menit guru ini
memasuki kelas, tiba-tiba..
“bu saya izin kebelakang”
Ucap Sivia seraya mengangkat tangan kananya
“kenapa ngga saat istirahat tadi sivia?”
“maaf bu saya lupa”
“oh yaudah, kamu sendirian? Ayo anak-anak, salah satu
dari kalian temenin sivia kebelakang gih:)”
Ucap buguru cantik ini kepada seluruh murid dikelas.
Sedang semua hanya diam tak ada yang menanggapi.
“Grace? Vivi? Syifa? Lia?”
Tanya pada keempat anak ini yang tak lain adalah ‘sahabat’ sivia dulu. Namun mereka?
Mereka hanya menggeleng pelan tanpa menatap sosok yang mengajaknya bicara.
“nggapapa kok bu, saya bisa sendiri:)”
Ucap sivia yang tak lagi mampu menahan airmata, dan
dengan sekuat tenaga ia menggerakan kursi rodanya kearah kamar mandi yang
letaknya jauh diujung koridor sana.
**
“baik anak-anak, sekarang coba kumpulkan Tugas yang ibu
guru berikan minggu lalu”
Perintah bu guru cantik ini yang tak lain adalah guru
bahasa Indonesia.
Dan dengan cepat, semua anak telah mengumpulkan
tugasnyakedepan kelas.
“kok kurang satu? Siapa yang belum ngumpulin?”
“sivia bu, kan dia lagi ke belakang tadi” ucap salah satu
murid
“Grace, coba ambilkan tugas Sivia didalam tas Sivia.
Karna bu guru harus rapat saat ini juga”
“baik bu” dan mau tak mau, grace segera melangkahkan
kakinya menuju bangku no.1 . dan merogoh isi dalam gendong milik sivia. Namun
matanya menatap sebuah buku yang mampu membuat matanya seketika membulat.
Matanya menatap sebuah buku dimana pada cover buku tersebut terdapat foto
dirinya, Vivi, syifa, lia dan Sivia itu sendiri.
Tanpa babibu, ia segera mengambil tugas bahasa indonesia
milik tasya dan segera menyerahkannya kepada bu guru . ia tak lupa juga mengambil buku yang tadi mampu
membuat kaget karena cover buku tersebut.
Dengan secepat kilat, bu guru telah pergi meninggalkan
kelas ini dan segera menuju ke kantor untuk mengikuti rapat guru. Dan disisi
lain, Grace masih menggenggam buku bercover dirinya dan sahabt2nya dulu . ia
membuka halaman demi halaman, dan barulah ia mengetahui bahwa buku ini adalah
‘buku curahan hati’ Sivia. Tangan sivia berhenti membuka halaman pada halaman
terakhir. Halaman yang berisi tentang curahan hati Sivia saat ini.
”Semua berubah
Semuanya berubah
hingga sedemikian rupa..
Aku.. Aku yang
dahulu adalah seorang ‘bidadari sekolah’ kini telah berganti menjadi ‘sampah
sekolah’
Dahulu, hampir
semua orang berbondong-bondong mendekatiku..
Tapi sekarang..
Kalian malah berbondong-bondong menjauhiku..
Aku tak pernah
menyangka bahwa ternyata ada bahkan banyak sekali orang yang hanya menilai,
mendekati dan menemani hanya karna fisik semata.
Aku tau aku yang
sekarang bukanlah aku yang dulu; bukan Sivia yang selalu kalian puji; bukan
Sivia yang selalu kalian iri; dan bukan pula Siivia si bidadari sekolah.
Bahkan aku yang
sekarang adalah seorang gadis cantik yang seakan terkena kutukan menjadi
monster yang teramat menyeramkan disertai bau yang begitu menyengat.
Semua terasa
baik-baik saja sebelum kejadian itu..
Kejadian yang
menimpaku beberapa bulan silam
Kejadian yang
membuat sepasang kakiku lumpuh
Kejadian yang
membuat wajahku ‘tak berbentuk’
Namun setelah
kejadian itu, semua berubah. Berubah total..
Semua orang
berlomba-lomba menjauhiku seakan aku adalah virus yang teramat sangat
mematikan..
Semua orang
berbondong-bondong menutup hidung mereka kala aku melintas diantara mereka
seakan aku adalah sampah yang teramat sangat kotor dan tak beerguna.
Keadaan yang
membuatku harus merasakan seperti ini..
Namun aku masih tak
menyangka bahwa kalian pun ikut diantara mereka, sahabat?
Aku masih tak
menyangka bahwa kalian pun ikut menjauhiku hanya karna fisiku yang berubah
seperti ini.
Apa kalian lupa
tentang semua yang telah kita lakukan dahulu saat masih bersama?
Apa kalian lupa
dimana tempat kalian mencurahkan isi hati ketika kalian tak lagi mampu menahan?
Apa kalian lupa
dengan janji kita yang akan selalu ada dalam keadaan apapun?
Sekarang, dalam
keadaan aku yang seperti ini; keadaan yang sangat membutuh seorang teman, dimana kalian?
Aku ingat sekali,
dahulu kalian pernah mengatakan bahwa kalian ingin seperti aku; ingin
mengalahkan kecantikanku ‘dulu’.
Sekarang Coba ambil
cermin dan tanyakan pada mereka sahabat, impian kamu terwujud..
Harapanmu menjadi
nyata sekarang..
Aku tau kalian
pasti senang karna sekarang kalian bisa ngewujudin mimpi kalian..
Tapi, apa
kesenangan kalian harus tergambar dengan menjauhiku?
Apa sejahat itu
kalian pada Sivia?
Grace, Vivi, Syifa,
Lia, makasih ya udah ‘pernah’ jadi sahabat aku.
Makasih Udah pernah
ngisi hari-hari aku.
Makasih Udah pernah
buat hidup aku lebih berwarna, meski saat ini hanya hitam gelap yang
menyelimuti hidup aku.
Makasih udah pernah
jadiin aku orang yang special dalam hidup kalian.
Makasih , makasih
.. banget:
Semoga.. kalian
ngga akan penah nyesel ‘pernah’ mengenal aku ya .
Iloveyouso:’)”
Grace membacakan isi pada lembar terakhir diary milik
Sivia ini dengan volume lantang. Membuat semuanya menjadi diam seolah ada guru
yang mengajar saat ini:’
Dan tanpa instruksi, airmata telah mengalir derasmembasahi
pipi chubby’nya. Bukan hanya grace, Vivi, lia, Syifadan teman kelas lainnya pun
turut ikut mengeluarkan airmata. Sadar akan ‘betapa jahatnya mereka sekarang
terhadap sivia’ mungkin:’
Grace segera menutup buku milik Sivia ini, dan tiba-tiba
sebuah benda terjatuh dari dalam lembaran buku ini; grace segera membungkukan
badannya guna memungut barang itu.
Grace kaget; ia begitu tercengang melihat sesuatu yang
tadi jatuh yang tak lain adalah foto dirinya bersama keempat sahabatnya yang
Sivia ambil saat perjalanan pulang sekolah beberapa bulan silam. Grace
membalikan bagian depan foto itu, dan terpampang jelas sebuah tulisan tangan
yang diketahui adalah tulisan tangan Sivia.
“28 Maret 2013-
kalian ingat foto
ini? foto ini adalah foto yang aku ambil sehari sebelum kecelakaan maut itu
menimpaku. Foto yang menjadi kenangan terakhir kebersamaan kita. Kalian tau, Aku
begitu merindukan momen ini. momen dimana kita masih bersama. Tak seperti
sekarang:’)”
tangisnya semakin deras setelah membaca tulisan yang
terdapat dalam bagian belakang foto ini; namun sesaat tangisnya agak mereda
ketika mendengar tanda-tanda orang akan masuk dalam kelas ini
“Assalamualaikum”
Semua orang menatap kearah gadis yang saat ini berada
diambang pintu. Dan dengan sekejap seluruh siswa telah menggerombol mengerubungi gadis ini; gadis yang membuat
mereka sekarang seakan dikepung oleh perasaan bersalah; gadis yang tak lain adalah Sivia.
“Sivia.. maaf.. maafin kita
yang udah njauhin kamu.. maaf:’(“ ucap Vivi, salah satu sahabat Sivia.
“iya vi, maafin kita.. ngga
seharusnya kita njauhin kamu kaya gini. Kami semua sayang kamu via..” sambung
Syifa
Gadis ini tak bergeming, masih
tak menyangka akan apa yang ia hadapii saat ini; namun sesaat, gadis ini
tersenyum..
“aku juga sayang kalian semua
kok:)”
Semua saling memeluk satu sama
lain, semuanya begitu terhanyut dalam suasana ini; suasana yang begitu
mengharukan, suasana yang begitu menguras airmata; airmata kebahagiaan:’)
-Bukankah Allah pernah
menjelaskan bahwa setiap kesabaarn pasti akan memperoleh hasil yang indah? Maka
bersabarlah meski awalnya terasa sulit-
-ketika kamu akan menjauhi
sahabatmu, ingatlah saat indah bersamanya..
Ketika kamu akan membenci sahabatmu, ingatlah
bahwa dia selalu ada dalam suka duka kamu..
Dan
ketika kamu akan mengkhianati sahabatmu, ingatlah bahwa ia selalu
mengalah demi kamu..”
The End
Selasa, 14 Januari 2014
Near. -Part3-
Near
PART 3.
Author : Hasri Imroatul Izza
Follow @izzayaaku
Tinggalkan jejak dengan like dan coment ya:) jangan jadi
pembaca gelap:p
“ngga mngkin!! Ngga mungkin!! Ini ngga mungkinnn!!!! Tuhan
ini ngga mungkin!!”
Seseorang berteriak tak beraturan didalam kamarnyaa. Lebih
tepatnya dalam kamar mandi kamarnya. Ia terus mengatakan ‘ngga mungkin!!!’ apa
yang terjadi?
Dari raut wajahnyaa, siapapun tau bahwa gadis ini sedang
mengalami masalah yang besar. Yah. Sangat besar.
2jam berlalu, namun tangis gadis ini tak kunjung mereda.
Bahkan semakin deras hingga sesenggukan. Matanya yang tengah sembab tak
berhentinya menatap sesuatu yang ia pegang sedari tadi. Benda yang membuat dia shock.stres.dan
frustasi.
Ia sangat shock saat ini. Air shower yang tumpah membasahi
tubuhnya tak mengurangi kesembab’nya saat ini. Ia terus menangis dan menangis
mengetahui apa yang terjadi saat ini. Yah fatal memang.
Ia terus menjerit sepuasnya karna ia tau saat ini rumahny
masih dalam keadaan sepi, orangtua nya sedang pergi mengurusi bisnis yang entah
kemana, adik satu-satunya yang tak kunjung pulang sekolah sampai saat ini dan
pembantu yang sedang izin pulang kampung untuk beberapa hari kedepan.
‘Tap Tap Tap’
Terdengar suara langkah kaki yang sepertinya mengarah kearah
tempat yang saat ini gadis ini tempati. Ia pun segera meredakan eh lebih
tepatnya mencoba memelankan tangisanya. Gadis ini berusaha untuk menghentikan
jalur air mata yang sedari tadi tak hentinya dilalui oleh butiran-butiran
airmata. Ia menatap benda yang sedari
tadi berada dalam genggamanya yang tak lain merupakan benda terburuk yang
pernah ia temukan. Dengan cepat ia segera menyembunyikan benda ini pada kantong
belakang pada celana yang ia gunakan saat ini.
Berharap siapapun tak akan pernah mengetahui akan hal ini.
**
Tak perlu menunggu waktu lama, seorang pelayan melangkahkan kakinya menuju meja
pojok kanan untuk mengantarkan pesanan pada meja no. 5 ini yang tak lain adalah meja tempat Difa dan
tasya sekarang.
Tanpa menunggu instruksi apapun, Tasya yang memang sedari
tadi terlihat lapar segera melahap makananya dengan begitu lahap. Entah apa
yang membuat gadis ini berubah menjadi
hewan liar(?) Sebegitu laparnya kah sampai ia melahap makananya hingga
seperti ini? Entahlaah..
Mata Difa tak henti-hentinya menatap sosok yang berada
didepannya ‘lagi’ . ia masih tak menyangka bahwa gadis yang berada didepannya
saat ini adalah gadis yang telah ia kenal belasan tahun silam.
Melihat ‘cara’ makan Tasya yang sebegitu liarnya mampu membuat
cacing yang sedari tadi bernyanyi-nyanyi riang didalam perutnya seakan telah
lenyap dalam sekeja. Ia tak henti-henti
nya menatap dan mengerutkan keningnya-_-
Sedang tasya yang merasa seperti diliatin’pun merasa risih
dan sesaat ia mendonggakan kepalanya guna menatapp sahabat yang
menurutnyaa...aneh.
“lho kok lo ga makan malah ngeliatin gue?”
Tanya tasya karena dirinya merasa bahwa sosok didepannya tak
melahap makanannya justru malah memandanginya. Entah ada yang salah atau tidak
tasya tak tau.
“napsu makan gue ilang ngeliat cara makan lo yang kaya
monyet ga makan satu bulan tau ga-_- lo laper apa doyan sih?”
“dua-dua nya :Dhehe”
Tasya kembali melanjutkan lahapannya guna menghabiskan
makanan yang ada dihadapannya saat ini. Tasya memang seperti itu. Ia selalu
tampil apa adanya. Selalu cuek masalah penampilan, dan tak memperdulikan
bahwasanya orang disekitar memandanginya. Menurutnya, mereka yang memandanginya
hanya ‘iri’ karena mereka tak berani melakukan apa yang Tasya lakukan saat ini.
‘bodo amat orang lain mau ngomong apa.toh ini hidup juga hidup gue’ kalimat
itulah yang menjadi motto dalam hidupnya.
Sedang difa hanya memandangi Tasya dan sesekali
menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang menurutnya ...’tak
punya malu’ . meskipun seperti itu, Difa sama sekali tak merasa malu sedikitpun
. karna difa tau, inilah Tasya , Tasya yang apa adanya.
“oh iya ini lo yang bayar kan semua?”
Tanya Tasya tiba-tiba pada Difa dengan mulut masih berisi
santapan atau lebih tepatnya lahapan terakhir yang tersisa.
“telen dulu kek makananya”
Tasya segera mengunyah makanannya yang terakhir dan segera
mengambil jus Alpukat yang tadi Difa pesan guna mendorong lahapan yang terakhir
masuk dalam kerongkongannya dengan baik._.
“ini lo yang nraktir gue kan?”
Tanya Tasya ulang setelah mematiskan bahwa suapan yang
terakhir kini telah masuk sempurna dalam perutnya
Sedang yang ditanya, hanya menganggukan kepalanya yang tak
lain adalah menggantikan jawaban “iya”
“mbaa!!”
Panggil Tasya tiba-tiba pada pelajayan Restoran SeaFood ini.
Entah apa yang ingin dia lakukan . sedang Difa hanya menatap tatapan heran pada
sahabatnya yang satu ini.
“iyaa, ada yang bisa saya bantu?” ucap pelayan sopan.
“pesen Cumi bakar 2 ya mbaa, dibawa pulang. jangan terlalu pedes. “
“apalagi?”
“Jus Melon 2”
“oke”
Terdengar langkah pelayan yang sedari tadi berbincang
bersama Tasya melangkah menjauh dari meja no.5 ini. Tasya kembali duduk
bersandar dan menyeruput jus Alpokat miliknya. Terlihat dari pancaran mukanya,
ia terlihat santai. Seakan tak memiliki dosa sama sekali.
Disisi lain, Terlihat sekali dari raut wajah difa yang mulai
memerah. Memancarkan aura yang begitu mengerikan. Ia terus menatap sahabatnya
yang terlihat seolah tak memiliki dosa ini
dengan pancaran mata kesal. ‘Bagaimana mungkin Tasya bisa seenaknya
memesan seperti itu?’ Ah benar-benar edan.
“maksud lo apa sih main pesen gitu?”
“ya kan tadi lo bilang lo laagi nraktir gue kan?”
“ngga gitu juga! Kalo uang gue ga nyukup gimana?”
“derita lo”
“cssshhhhhh!!! Lo tuh ya!”
“biasa aja keles-_- lagian lo kan anak pengusaha terkenal,
tinggal gesek juga keluar tuh duit”
“ya kan tapi..”
“lagian juga itu buat nyokap sama kak Shila. Lo kan
jarang-jarang tuh mbeliin makanan ke nyokap gue. Udah sih ah. Pelit amat jadi
orang”
“yayayayaya”
Difa mencoba mengalah. Difa tau jika sudah adu mulut seperti
ini Tasya mana mungkin bisa dikalahkan olehnya. Difa mengeloskan nafas-nafasnya
berkali dan sesekali menatap sekumpulan uang berwarna merah yang tersusun rapi
dalam dompet hitamnya. Saat ini ia tau akan mengikhlaskan belasan uang merah miliknya ini akan beralih
tangan pada orang lain.
Dua sejoli ini melangkahkan kakinya menuju kasir guna
membayar apa yang telah mereka pesan tadi. Selesai membayar kan sejumlah uang
mereka menuju ke arah pintu restoran untuk keluar dari Restoran
‘Tap Tap Tap’
Suara sepatu yang saling beradu dengan tanah seakan mampu memecahkan
keheningan padamalam hari ini. Malam? Yaah. Waktu seakan terasa cepat sekali
berlalu jika dua orang ini bersama.
Langkah kaki mereka
berhenti pada parkir motor mall yang terletak persis didepan Restoran
ini. Tak perlumenunggu waktu lama, Difa telah bertengger pada cagiva miliknya.
Disusul dengan Tasya yang kemudia langsung menduduki ruang kosong pada bagian
Jok Motor milik Difa.
‘BRRRMMM’
Cagiva ini melaju cepat ditengah hiruk piuk kota Jakarta ini.
Difa meliuk-liukan motornya dengan begitu piawainya.Ramainya dunia malam
ibukota tak menghalangi kecepatan laju Cagiva Difa sekarang. Karna Ia dengan lihai’nya mampu menyelip
kendaraan-kendaraan yang menurutnya ‘mengganggu’.Sedang Tasya, ia mau tak
mau melingkarkan kedua tangannya pada
perut difa karna hanya dengan cara
seperti inilah dia terhindar dari bahaya jatuh dari motor._.
**
“Shilaa!! Shilaa”
‘Tap Tap Tap’
Suara langkah kaki wanita paruhbaya ini segera menuju anak
pertamanya, yang seedari tadi diteriaki tak ada jawaban sama sekali. Ia
melangkahkan kaki setapak demi setapak.
‘Cklek’
Suara gagang pintu telah berbunyi. Yangmenandakan berarti wanita ini sudah berada dalam kamar
anak pertamanya, Shila. Ia terus memanggil nama anak pertamanya yang ia cari.
Namun nihil. Lagi-lagi Tak ada respon.
Mata ibu dua anak ini mengarah pada pintu kamarmandi
anaknya. Entah kenapa feelingnya mengatakan bahwa anaknya Shila ada dalam sana.
Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang dimaksud.
“Astaghfirullah Shila!! Apa-apaan sih kamu ini naak!!! Kamu bisa
sakit kalo kaya gini!!”
Bukan kelembutan yang diterima oleh gadis yang tak lain
shilla ini, malah justru suara yang begitu lantang yang dikeluarkan oleh wanita
paruhbaya yannnng tak lain ibunya sendiri. bukan malah tangisnya reda, tangis shila justru semakin deras ketika
mengetahui bahwa ibunya ‘malah membentaknya’
Wanita ini segera menutup keran shower yang sedari tadi
mengguyur tubuh anakpertamanya ini. Dan dengan sigap ia segera membangunkan
Shila agar keluar dari tempat ini.
“ayo sayang bangun, kamu kenapa sayang?”
Nada yang tadinya terkesan kasar dan membentak, kini berubah
dengan nada halus dan lembut. Mungkin karena melihat mata anak nya yang semakin
mengeluarkan air.
Shilla segera bangun dari tempatnya saat ini dengan dibantu
oleh orang yang saat ini bersamanya yang tak lain ibu kandungnya. Namun...
‘Trak’
Suara seperti benda jatuh membuat kedua wanita ini
mengarahkan matanya ke arah bawah. Mata shila membulat sempurna. Jantungnya berdetak
50x lebih cepan dari biasanya. Saat ini ia hanya bisa berharap. Berharap bahwa
mamahnya tak melihat atau bahkan tak peduli tentang suatu benda yang jatuh
barusan. Matanya masih terpejam.
Shilla masih terus berdoa agar sang mamah tidak penasaran
atau bahkan tidak mencari tau benda apa yang terjatuh tadi. Namun naas. Semua tak
seperti apa yang shilla harapkan. Wanita paruh baya ini berjongkok dan terus
mencari tau benda apa yang tadi terjatuh. Mata wanita ini membulat ketika
menangkap sesuatu benda yang menurutnya adalah benda yang terjatuh barusan.
Tangan kanannya segera mengambil benda yang dimaksud
tersebut. Air mukanya secepat kilat berubah merah padam layaknya seekor singa
yang hendak menerkam puluhan Rusa.
“Shila, ini apa shil?!”
Tanya sang mamah seraya menunjukan benda yang tadi
dipungutnya. Benda yang mampu membuat sang mamah shock. Benda yang tak lain dan
tak bukan adalah Test Pack, alat tes kehamilan. Sang mamah masih terus menatap
mata anaknya yang masih terpejam, dan dari pancaran matanya terlihat sekali
bahwa tatapan ini menunjukan pada Shilla unntuk menjelaskan apa yang telah
terjadi pada anak pertamanya ini. Sedang yang ditanya, ia sama sekali tak
sanggup untuk mengeluarkan sepatah katapun. Bibirnya seakan keluh untuk berucap
meski hanya sekedar satu huruf saja.
“Shila!! Jawab pertanyaan mamah!!”
Ucap sang mamah kedua kalinya karna sampai saat ini sang
anak belum mengeluarkan sepatah katapun.
“maah :’( maaf.. shila.. shila.. shila ngga bermaksud buat
mamah kecewa.. shilla hanya dipaksa mahh:’( maaf mah maaf:’(“
‘Plak’
Sebuah tangan mendarat dengan keras pada pipi gadis ini.
Shila yang mendapati sebuah tamparan dari sang mamah hanya bisa meringis
kesakitan;
“siapa yang ngelakuin ini sama kamu?!! Siapa?!! Roy? Apa dia
yang beraninya ngelakuin ini sama kamu? Iyaa?!!!! Dasar anak ngga tau diri!!!”
Amarah sang mamah telah meledak hebat. Mukanya memerah
padam. Membuat siapapun yang melihat pasti akan lari ketakutan. Sedang Shila? Ia
hanya bisa menangis, menangis dan menangis menerima apa yang saat ini ia
rasakan.
‘Plak’ untuk kedua
kalinya sebuah tamparan keras harus kembali mendarat pada pipi kiri Shila.
“nggausah sok cengeng!! Siapa yang ngehamilin kamu? Siapa?!!
Roy pacar kamu? Csshhh. Beranisekali dia
menyetubuhi kamu!Brengsek!!”
“Roy orang baik mah, bukan dia yang ngelakuin ini. Tapi om
Alex!! Selingkuhan mamah!! Shila diperkosa sama om Alex mah:’( shila
diperkosa!!!“
Dengan susah payah gadis ini mengatakan kalimat itu. Ia tau
apa akibatnya jika ia mengucapkan kata itu, ia tau bahwa sang mamah akan ‘lebih
menakutkan’ setelah mendengar apa yang telah ia lontarkan tadi. Dan benar saja
..
‘Plak’ sebuah tamparan mendarat untukkesekian kali pada pipi
Shila. Bahkan tamparan yang mamahnya berikan saat ini jauh lebih keras dari
tamparan-tamparan sebelumnya.
“lancang sekali mulut kamu! Mana mungkin alex bisa tergiur
dengan tubuh cungkring kamu! Mana mungkin!!”
**
Sebuah Cagiva merah telah berhenti di depan rumah besar
bercat putih . Seorang gadis cantik segera turun dari motor cagiva milik
sahabatnya ini. Dan segera membuka gerbang rumahnya untuk segera memasuki surga
dunianya yang tak lain Rumahnya. Ia tak sabar untuk menemui sang kakak untuk
segera menyerahkan ‘cumi bakar’ kesukaan kakaknya.
“bagus banget ya padahal udah ditolong, dibeliin baju,
ditraktir tapi sama sekali ngga ngucapin ‘makasih’”
Langkah sang gadis yang tak lain Tasya segera berhenti
ketika mendengar ucapan Difa yang menurutnya mengganggu pendengarannya. Ia segera
membalikan tubuhnya dan segera melangkahkan kakinya pada sosok yang telah
mengantarkannya saat ini.
Bersambung..
Kritik dan sarannya ditunggu :D
Langganan:
Postingan (Atom)