Sabtu, 23 Desember 2017

Te-ri-ma-ka-sih, sosmas!



Terimakasih. 
 
Terimakasih aku tujukan pada sosok pemberi jutaan kisah di penghujung tahun 2017. Sosok-sosok dengan hati berbalutkan putih juga pemilik asa yang tiada henti dalam misi indahnya –menciptakan senyum pada mereka si pemburu senyum—

Mengenalnya, jelas bukan dalam waktu lama.

Menjadi bagian darinya, apalagi. 

Namun siapa sangka jika waktu yang sedemikian singkat itu telah membuat beberapa hati tergerak? Seolah misinya, pun menjadi misi kami. Ya, kami. Aku adalah satu dari 5 orang yang tengah mencoba mengenal lebih dalam kampus kebanggaanya. Ah tidak, aku hanya satu dari sebagian orang yang hanya terselamatkan keberuntungan hingga masuk dalam dunia para malaikat baik. Entah apa yang membuatku istimewa, aku terpilih berkesempatan magang dalam ranah Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa UI. Ah mungkin ini adalah cara Tuhan untuk menjadikanku wanita yang tak lagi acuh akan sekitar. Dan Maha Benar Allah, kini hatiku tak lagi batu. 

Pada kalimat diatas, sempat aku menyebutkan mengenai malaikat baik. Itu adalah julukan dariku untuk mereka, si pejuang kebahagiaan. Tentu bukan tanpa alasan untuku memberikan julukan itu, bukan dengan serta merta lantas aku menyebutnya ‘malaikat baik’ namun karena ketulusan hatinyalah yang membuatku –juga 4orang lainya—merasa malu karena tak pernah sehebat mereka. 

Pembawa kasih? Itu pekerjaanya.

Pencipta tawa? Itu tujuannya.

Rapat hingga tengah malam? Itu prosesnya. 

Entahlah terbuat dari apa hati mereka hingga selalu terukir gelak tawa ditengah lelah yang bahkan sudah kutau betul tengah memeluknya dengan erat, memintanya untuk kembali bercumbu dengan kasur. Namun mereka, dengan tegas menepisnya dan kembali menjalankan misinya. Bagaimana? Sudah pantaskah julukan yang aku beri? 

Mengenal dan turut berkecimpung dalam dunianya dengan durasi lebih kurang satu bulan telah membuat mataku terbuka. Terbuka bahwasanya ada banyak hal yang tidak beres dengan masyarakat yang membutuhkan uluran tangan. Dan mereka, seolah menjadi jawaban juga obat penawar atas segala ketidak beresan itu. 

Oh iya, ada satu hal lagi yang lantas menjadi alasanku untuk memberinya julukan ‘Malaikat Baik’, ialah pembawaan sikap daritiap individu. Pembawaan lembut, riang dan penuh kasih seolah telah menjadi sifat paten dalam hidupnya, yang kemudian berdampak pada kesehariaanya yang selalu hebat membuat siapapun menjadi terpikat. Entahlah, meskipun berasal dari individu berbeda namun seakan memilki pembawaan yang sama. Curiga ataukah mereka adalah kembar?ah cukup aku tidak sedang bercanda. Oh bahkan, bergabung dengan mereka juga telah memusnahkan stigma akan betapa gilanya ranah BEM UI yang selama ini aku buat sendiri. Stigma akan keseriusan yang tiada kira, waktu yang akan terhambur lebih banyak, juga kepala yang tentu akan dirudung dalam kepenatan yang tiada dua nyatanya musnah begitu saja. Bukan maksudku apa yang telah aku sebutkan tidak akan terjadi, hanya saja sosmas BEM UI telah meraciknya sedemikian manis hingga kepenatan tak lagi kian terasa. Coba, bagaimana aku tidak jatuh cinta dibuatnya?

Lagi dan lagi, aku ingin mengucapkan terimakasih atas segala kisah istimewa dipenghujung tahun 2017, aku sebut, kisah penggetar hati. Sungguh merupakan waktu yang teramat singkat dalam mengenal dan menjadi bagian kecil dari kalian, Malaikat Baik. Pembawaan yang begitu lembut juga kasih yang begitu lapang akan selalu ku ingat betul. Meski mungkin hadirku tak begitu berarti namun kisah yang telah aku dapat akan selalu aku ingat sampai nanti. 

on picture : Kak Gita, Kak Apoy, Kak Camar, Kak Syfa, Kak Natisam Kak Tika, Kak Ibad, Kak Agiel, Kak Shaban, Kak Aul, Kak Diana, Kak Rima, Bagus, Isna, Jihan (-Kak Shendy & Myla)

Terimakasih dan selamat berjuang kembali, malaikat baik-ku.
Doakan aku, agar menjadi si penggetar hati bagi manusia lain.

Lots of love
Izza.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar