Terimakasih.
Terimakasih
aku tujukan pada sosok pemberi jutaan kisah di penghujung tahun 2017.
Sosok-sosok dengan hati berbalutkan putih juga pemilik asa yang tiada henti
dalam misi indahnya –menciptakan senyum pada mereka si pemburu senyum—
Mengenalnya,
jelas bukan dalam waktu lama.
Menjadi
bagian darinya, apalagi.
Namun
siapa sangka jika waktu yang sedemikian singkat itu telah membuat beberapa hati
tergerak? Seolah misinya, pun menjadi misi kami. Ya, kami. Aku adalah satu dari
5 orang yang tengah mencoba mengenal lebih dalam kampus kebanggaanya. Ah tidak,
aku hanya satu dari sebagian orang yang hanya terselamatkan keberuntungan
hingga masuk dalam dunia para malaikat baik. Entah apa yang membuatku istimewa,
aku terpilih berkesempatan magang dalam ranah Sosial Masyarakat Badan Eksekutif
Mahasiswa UI. Ah mungkin ini adalah cara Tuhan untuk menjadikanku wanita yang
tak lagi acuh akan sekitar. Dan Maha Benar Allah, kini hatiku tak lagi batu.
Pada
kalimat diatas, sempat aku menyebutkan mengenai malaikat baik. Itu adalah julukan
dariku untuk mereka, si pejuang kebahagiaan. Tentu bukan tanpa alasan untuku
memberikan julukan itu, bukan dengan serta merta lantas aku menyebutnya ‘malaikat
baik’ namun karena ketulusan hatinyalah yang membuatku –juga 4orang lainya—merasa
malu karena tak pernah sehebat mereka.
Pembawa
kasih? Itu pekerjaanya.
Pencipta
tawa? Itu tujuannya.
Rapat
hingga tengah malam? Itu prosesnya.
Entahlah
terbuat dari apa hati mereka hingga selalu terukir gelak tawa ditengah lelah
yang bahkan sudah kutau betul tengah memeluknya dengan erat, memintanya untuk
kembali bercumbu dengan kasur. Namun mereka, dengan tegas menepisnya dan
kembali menjalankan misinya. Bagaimana? Sudah pantaskah julukan yang aku beri?
Mengenal
dan turut berkecimpung dalam dunianya dengan durasi lebih kurang satu bulan
telah membuat mataku terbuka. Terbuka bahwasanya ada banyak hal yang tidak
beres dengan masyarakat yang membutuhkan uluran tangan. Dan mereka, seolah
menjadi jawaban juga obat penawar atas segala ketidak beresan itu.
Oh
iya, ada satu hal lagi yang lantas menjadi alasanku untuk memberinya julukan ‘Malaikat
Baik’, ialah pembawaan sikap daritiap individu. Pembawaan lembut, riang dan
penuh kasih seolah telah menjadi sifat paten dalam hidupnya, yang kemudian
berdampak pada kesehariaanya yang selalu hebat membuat siapapun menjadi
terpikat. Entahlah, meskipun berasal dari individu berbeda namun seakan memilki
pembawaan yang sama. Curiga ataukah mereka adalah kembar?ah cukup aku tidak
sedang bercanda. Oh bahkan, bergabung dengan mereka juga telah memusnahkan
stigma akan betapa gilanya ranah BEM UI yang selama ini aku buat sendiri.
Stigma akan keseriusan yang tiada kira, waktu yang akan terhambur lebih banyak,
juga kepala yang tentu akan dirudung dalam kepenatan yang tiada dua nyatanya musnah
begitu saja. Bukan maksudku apa yang telah aku sebutkan tidak akan terjadi,
hanya saja sosmas BEM UI telah meraciknya sedemikian manis hingga kepenatan tak
lagi kian terasa. Coba, bagaimana aku tidak jatuh cinta dibuatnya?
Lagi
dan lagi, aku ingin mengucapkan terimakasih atas segala kisah istimewa
dipenghujung tahun 2017, aku sebut, kisah
penggetar hati. Sungguh merupakan waktu yang teramat singkat dalam mengenal
dan menjadi bagian kecil dari kalian, Malaikat Baik. Pembawaan yang begitu
lembut juga kasih yang begitu lapang akan selalu ku ingat betul. Meski mungkin
hadirku tak begitu berarti namun kisah yang telah aku dapat akan selalu aku
ingat sampai nanti.
![]() |
on picture : Kak Gita, Kak Apoy, Kak Camar, Kak Syfa, Kak Natisam Kak Tika, Kak Ibad, Kak Agiel, Kak Shaban, Kak Aul, Kak Diana, Kak Rima, Bagus, Isna, Jihan (-Kak Shendy & Myla) |
Terimakasih dan selamat berjuang kembali, malaikat baik-ku.
Doakan
aku, agar menjadi si penggetar hati bagi manusia lain.
Lots
of love
Izza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar