Bola
mataku menatap lekat mata indahnya. Menantikan kata demi kata yang akan ia
lontarkan padaku. Bibirnya kelu, tak satu patahpun terlontar dari sana. Namun
matanya, seolah berbicara hingga beratus kata.
Aku masih menunggu. Namun ia masih tak bergeming. matanya masih tak pergi dari jangkauan mataku. Kami berjarak, namun mata kita seolah memeluk erat.
Lantas kubuka suara; seraya tetap tak bergeming dari matanya.
"jangan pergi ya?"
"iya"
"janji?"
"iya"
"kamu nggabisa janji?"
"perihal janji, itu sangat mudah. aku bisa janji, tapi Tuhan punya kehendak. aku takut kehendak Tuhan berbeda dengan kehendaku, yang justru mengecewakan kamu. aku ga bisa janji, tapi untuk buktii, aku sangat bisa"
perlahan, ujung-ujung bibirku tertarik. terpancar untaian senyum manis disana. Tidak, aku tidak lantas memeluknya. Aku menunduk. mencoba menutup rona merah dipipi seraya berdoa pada Tuhan untuk terus menjaganya untukku.
cintaku, seistimewa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar