Near.
Part4
Author Hasri Imroatul Izza
Tinggalkan jejak dengan like dan komen yaa:p jangan jadi
pembaca gelap:p
Sebuah Cagiva merah telah berhenti di depan rumah besar
bercat putih . Seorang gadis cantik segera turun dari motor cagiva milik
sahabatnya ini. Dan segera membuka gerbang rumahnya untuk segera memasuki surga
dunianya yang tak lain Rumahnya. Ia tak sabar untuk menemui sang kakak untuk
segera menyerahkan ‘cumi bakar’ kesukaan kakaknya.
“bagus banget ya padahal udah ditolong, dibeliin baju,
ditraktir tapi sama sekali ngga ngucapin ‘makasih’”
Langkah sang gadis yang tak lain Tasya segera berhenti
ketika mendengar ucapan Difa yang menurutnya mengganggu pendengarannya. Ia
segera membalikan tubuhnya dan segera melangkahkan kakinya pada sosok yang
telah mengantarkannya saat ini.
“makasih! Udah kan? Nggausah nyindir juga kali”
“segitu susahnya ya ngucapin kata ‘makasih?” ucap Difa dengan penuh penekanan seraya
mendekatkan wajahnya dengan wajah Tasya
“segitu susahnya nolong orang dengan ikhlas?” balas Tasya
yang tak kalah penuh penekanan.
“csshh. Gue balik”
Difa segera menstarter cagiva miliknya dan dalam hitungan
detik, motor ini telah tak terlihat lagi bak ditelan ombak.
Tasya tak terlalu memperdulikan dan kemudian ia segera
membalikan tubuhnya dan melangkahkan kakinya untuk segera memasuki rumah ber cat putih ini.
“Assalamualaikum”
“kak Shila !! liat nih Tasya bawa ap..”
‘Brak’
“Pergi kamu!! Pergi!! anak ngga tau diri!!”
belum selesai Tasya mengucapkan kalimatnya, cumi bakar
yang sedari tadi ia genggam guna di berikan pada kakak tersayangnya terjatuh
begitu saja setelah mendengar sebuah bentakan, teriakan dan tangisan yang ia
tau ia begitu mengenali suara itu.
‘TapTapTapTap’
Tasya segera melangkan kakinya dengan langkah cepat
menuju ke lantai atas. Yang menurtnya adalah sumber suara yang ia dengar tadi.
--
“kak Shilaa!! Mamah apa yang mamah lakuin sama kak
Shilaa?”
Langkah shila berhenti ketika melihat sang mamah sedang
menarik paksa lengan kakaknya yang tak lain Shila. Mamah masih terus menarik
paksa lengan tanngan shilla hingga berhenti pada pintu depan ruang tamunya. Ia
segera mendekati sang kakak dan segera menariknya dalam dekapannya
“Tasya! Sini! Jangan deket-deket lagi sama anak ga tau
diri ini!! Bisa-bisa kamu ketularan ngga benernya!” ucap sang mamah yang segera
menarik paksa lengan Tasya.
“lepasin!! maksud
mamah apa sh? Kak Shila anak yang baik mah”
“gadis kuliahan yang hamil diluar nikah kamu anggap
baik?”
Mata Tasya membulat sempurna. Mencerna kembali perkataan
yang baru saja terlontar dari mulut ibunya.
“ma..maksud mamah?”
“liat ini .kakak kesayangan kamu udah berhasil malu-maluin
keluarga kita! Dia hamil diluar nikah!”
Mata Tasya menatap benda yang ditunjukan oleh sang mamah.
Benda yang saat ini berhasil membuat matanya membulat sempurna. Dan sesaat mata yang tadinya
menatap test pack milik kakaknya , sekarang berganti menatap sang kakak yang
saat ini tengah menangis. Ia tak menyangka dengan apa yang diucapkan sang
mamah.
Ia masih tak menyangka bahwa kakak satu-satunya bisa
melakukan sesuatu yang teramat bodoh.
“sekarang, Pergi kamu!! Anak ngga tau malu! Pergi!!! “
“tapi mah..” ucap shilla memohon.
“pergi!!! dan jangan pernah lagi menganggap aku ibu kamu!
Ngga sudi punya anak yang ngga tau diri kaya kamu!!!!! Ayo Tasya masuk”
‘Brakk’
Suara pintu tertutup dengan sangat keras. Shila masih
menangis. Namun sesaat kemudian,ia segera bangkit dan melangkahkan kakinya
untuk segera menjauh dari rumah ini; rumah yang sekarang bukan menjadi rumahnya
lagi.
**
“pokoknya mamah ngga akan ngizinin kamu pacaran sampai
kamu kerja nanti”
“tapi mah.. Tasya udah gede, tasya bisa kok jaga diri”
“csh. Gadis umur 16tahun kamu anggap gede. Liat kakak
kamu. Dia yang udah kuliah aja masih bisa ‘terjerumus’ . apalagi kamu yang
masih 16tahun”
“tapi mah..”
“pokoknya mamah bilang engga ya engga!”
Tasya segera berlari kearah kamarnya. Jika sudah seperti
ini ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia segera melangkahkan kakinya dengan langkah
lunglai menuju ruangan yang bernuansa pink yang tak lain adalah kamarnya.
Tak menunggu waktu lama, ia segera menuju kearah jendela
kamarnya yang langsung mengarah kearah
halaman rumahnya.
Tak sengaja, matanya menatap sosok yang tadi baru
ditemuinya, sosok yang membuat ibu nya menjadi begitu murkaa.
‘Tes’
‘Tes’
‘Tes’
tetes demi tetes airmata jatuh dengan sendirinya tanpa diperintah.
Tasya menangis ‘lagi’ ketika memandang sang kakak yang semakin lama semakin
menjauh. Ia memandang kakaknya yang saat ini sudah tak terlihat sosoknya.
Tangisnya bertambah deras ketika ia memikirkan nasib shilla untuk kedepannya; ‘
‘kak shilla bakal
pergi kemana?’
‘gimana nasib kak
shila kedepannya?’
‘apa kakak bakal
jadi gelandangan diluar sana?’
‘Tuhan, aku ngga
mau itu terjadi’
**
Hari ini Tasya telat bangun ‘lagi’.mungkin karna cape
semalaman ia habiskan untuk nangis, nangis dan nangis. Ia segera menuruni anak tangga dengan
lari-larian kecil seraya menatap jam yang melingkar pada tangan kirinya
’06:50’. Ah bulshit! Hanya 10menit waktu yang tersisa. Membuat dirinya sekarang
harus tak menyantap sarapannya ‘lagi’.
“mamah .. kak shilaa Tasya berangkat” Teriaknya.
Namun sesaat ia diam, mencerna kata-katanya seraya
melirik kerah sekitar ‘berbeda!’ kini tak lagi ada sosok sang kakak yang selama
in setia menemani Tasya. Namun, ia tak terlalu memikirkan nya. Yang ia fikirkan
saat ini hanyalah ‘bagaimana cara agar ia dapat menuju kesekolah dalam waktu
yang kurang dari sepuluh menit ini?’
Tasya merutuki dirinya sendiri karna semalam ia
mengirimkan sebuah pesan singkat pada difa yang mengatakan agar difa hari ini
tidak usah menjemputnya.
Tasya segera berlari menuju halte yang tak jauh dari
rumahnya. Berharap pada saat itu juga ada angkot kuning yang akan
mengantarkannya ke sekolah.
Namun.. yap! Harapannya kali ini tak meleset. Ia segera
menaiki angkot ini dan segera duduk. Namun kekesalannya kali ini melanda ketika
sang supir tak kunjung menancapkan gas.
“bang ayo dong jalan; 5menit lagi niiihhhhh”
“iya neng iya sabar atuh”
Dan dengan kecepatan yang tergolong ‘pelan’ pun mobil
kuning ini melaju.
**
Disisi lain, seorang pemuda terlihat sesekali memandangi
bangku nomor tiga dan sesekali pula melirik kearah jam dindaing yang telah
menggantung didalam kelas.
Terlihat ia sedang resah, entah karena apa.
“oy dif, kenapa? Kaya bingung gitu” pemuda yang tak lain Difa ini menengok kesumber suara.
“eh sal, gapapa”
“oh yaudah kalo
gitu. Oh iya, Tasya mana? Kok tummben ngga sama lo?”
“dia ngga bareng sama gue tadi sal”
“lho kenapa?”
“semalem dia sms katanya dia mau berangkat sendiri”
“ohh.. bentar lagi bel lho dif., apa jangan-jangan dia
ngga masuk?”
“paling dia agak telatan. Lo tau sendirilah Tasya gimana”
Bel telah berbunyi. Dan kedatangan bu Zaenab yang tak
lain dan tak bukan adalah guru matematika Membuat dua remaja ini maupun
siswa-siswi lain menghentikan aktivitas mereka dan dengan cepat, kelas tampak
hening dan sosok pada bangku no.3 tak kunjung menunjukan tanda-tanda
kedatangannya.
**
Mobil kuning pun
sekarang telah berhenti disebuah halte tak jauh dari sekolah tasya. Gadis ini
pun segera berlaju dengan kecepatan extra guna cepat sampai pada sekolah. Sesaat
ia menengok kearah jam tangan ditangan kirinya . ‘shit!!jam 07:20’ umpatnya
lalu segera berlari kearah belakang guna memanjat pagar sekolah. Karena ia tau,
jika ia kearah gerbangpun ia tak akan diizinkan masuk , justru akan mendapat
santapan rohani dari sang satpam-.-
Dan dengan mengorbankan tangan dan kaki lecet pun Tasya
kini telah berhasil melewati pagar sekolah; dengan susah payaah/
Tasya melangkahkan kakinyamenuju kelasnya yang berada
diujung koridor .
“Assalamualaikum”
Seluruh penghuni kelas serentak menengadahkan kepalanya
guna mengetahui pemilik suara.
“maaf bu saya telat”
“tasya! Kamu ini, kebiasaan. Kamu telat 25menit ”
“saya tau bu, sekali lagi maaf bu,tadi saya..”
“sudah sudah saya gak mau dengar lagi alasan kamu, sekarang
kamu duduk”
‘tap tap tap’
Tasya melangkahkan kakinya dengan nafas yang masih
terengah-engah. Mungkin effect berlari dan memanjat pagar tadi yang masih
terasa.
Dan langkahnya berhenti ketika kakinya telah sampai pada
bangku nomor3 tempat dirinya dan salsha tempati.
“Tasya, kumpulkan PR kamu”
“hah? PR apa sal?”
“PR kemarin lho sya..”
Tasya diam tak menanggapi perkataan bu guru maupun
sahabatnya, salsha. Ia justru memejamkan matanya seraya menggigit keras bibir
bawahnya.
“sya? Jangan bilang lo belum ngerjain” tebak salsha yang
sangat sangat tepat sasaran.
Sedang tasya, ia hanya mampu mengangguk pasrah.
“Tasya! Kumpulkan PR kamu sekarang!”
Perintah bu guru sekali lagi.
“sa..saya bel..belum nger..jain.. b..bu”
Dengan susah payah, tasya mengucapkan kalimat itu. Matanya
masih terpejam dengan kepala yang menunduk ketika mengatakan kalimat
Terdengar suara hentakan sepatu yang mengenai lantai yang
semakin mendekat kearah bangku no.3. jelas sekali itulah bunyi sepatu bu zaenab
yang akan mengarah ke bangku Tasya. Ingin memarahikah? Atau menghukum?pasti.
“sekarang kamu keluar dan bersihkan wc sampai bel
istirahat masuk. Ingat! Sampai jam istirahat masuk!!”
“i..iya b.bu”
‘Tap Tap Tap’
Suara sepatu yang berbenturan dengan lantai yang berasal
dari kini semakin lama semakin tak terdengar. Menandakan bahwa Tasya telah
pergi meninggalkan kelas.
Sedang siswa/siswi lainnya? Mereka kembali disibukan
dengan ribuan angka yang memenuhi ruang dalam otaknnya.
Mungkin jika saat ini mereka harus memilih, mereka pasti
akan memilih untuk menjadi seperti Tasya. Karna yangmereka ingin ‘terhindar’
dari rumus-rumus matematika yang membuat otak seakan berhenti-__-
**
Bel pertanda waktu
istirahat telah berkumandang (?). siswa/i segera keluar kelas dengan begitu
senangnya karena telah terbebas oleh rumus-rumus yang begitu memumetkan :D lain
hal nya dengan siswa lain, gadis ini justru sibuk dengan pekerjaannya saat ini.
Ia haruss siap menahan nafas berkali-kali karena tak
tahan dengan aroma yang dihasilkan dalam ruangan ini. sedang Salsha Difa yang
tak lain sahabtnya seakan menghilang entah kemana bak ditelan bumi.
Saat ini, harapannya hanya satu. ‘bunyikan bel masuk
istirahat’ dengan lebih cepat. Karna ia sudah tak tahan dengan bau yang sedari
2jam yang lalu ia hidup berkalikali.
Dan benar saja, bel pertanda waktu istirahat berakhir
telah berbunyi. Tasya sangat berterimakasih sekali saat ini karena pihak TU
telah mempercepat bunyi bel, pikirnya.
Padahal, semua nampak seperti biasa. Tak ada bel yang
dipercepat dibunyikan. Mungkin itu hanya perasaan Tasya saja karena sedari tadi
sibuk membersihkan toilet hingga tidak memperhatikan waktu .
Tak ingin membuang-mbuuang waktu, ia segera meninggalkan
seperangkat alat pembersih yang ia gunakan sedari tadi disembarang tempat dan
segera melangkahkan kakinya menuju kearah kelasnya guna mengikuti pelajaran
berikutnya.
bersambung..
kritik dan saran ditunggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar