Selasa, 21 Januari 2014

Near-Part4-


Near.

Part4
Author Hasri Imroatul Izza
Tinggalkan jejak dengan like dan komen yaa:p jangan jadi pembaca gelap:p

Sebuah Cagiva merah telah berhenti di depan rumah besar bercat putih . Seorang gadis cantik segera turun dari motor cagiva milik sahabatnya ini. Dan segera membuka gerbang rumahnya untuk segera memasuki surga dunianya yang tak lain Rumahnya. Ia tak sabar untuk menemui sang kakak untuk segera menyerahkan ‘cumi bakar’ kesukaan kakaknya.

“bagus banget ya padahal udah ditolong, dibeliin baju, ditraktir tapi sama sekali ngga ngucapin ‘makasih’”

Langkah sang gadis yang tak lain Tasya segera berhenti ketika mendengar ucapan Difa yang menurutnya mengganggu pendengarannya. Ia segera membalikan tubuhnya dan segera melangkahkan kakinya pada sosok yang telah mengantarkannya saat ini.

“makasih! Udah kan? Nggausah nyindir juga kali”

“segitu susahnya ya ngucapin kata ‘makasih?”  ucap Difa dengan penuh penekanan seraya mendekatkan wajahnya dengan wajah Tasya

segitu susahnya nolong orang dengan ikhlas?” balas Tasya yang tak kalah penuh penekanan.

“csshh. Gue balik”

Difa segera menstarter cagiva miliknya dan dalam hitungan detik, motor ini telah tak terlihat lagi bak ditelan ombak.
Tasya tak terlalu memperdulikan dan kemudian ia segera membalikan tubuhnya dan melangkahkan kakinya untuk segera  memasuki rumah ber cat putih ini.


“Assalamualaikum”

“kak Shila !! liat nih Tasya bawa ap..”
‘Brak’


“Pergi kamu!! Pergi!! anak ngga tau diri!!”

belum selesai Tasya mengucapkan kalimatnya, cumi bakar yang sedari tadi ia genggam guna di berikan pada kakak tersayangnya terjatuh begitu saja setelah mendengar sebuah bentakan, teriakan dan tangisan yang ia tau ia begitu mengenali suara itu.

‘TapTapTapTap’

Tasya segera melangkan kakinya dengan langkah cepat menuju ke lantai atas. Yang menurtnya adalah sumber suara yang ia dengar tadi.


--
“kak Shilaa!! Mamah apa yang mamah lakuin sama kak Shilaa?”
Langkah shila berhenti ketika melihat sang mamah sedang menarik paksa lengan kakaknya yang tak lain Shila. Mamah masih terus menarik paksa lengan tanngan shilla hingga berhenti pada pintu depan ruang tamunya. Ia segera mendekati sang kakak dan segera menariknya dalam dekapannya


“Tasya! Sini! Jangan deket-deket lagi sama anak ga tau diri ini!! Bisa-bisa kamu ketularan ngga benernya!” ucap sang mamah yang segera menarik paksa lengan Tasya.

“lepasin!!  maksud mamah apa sh? Kak Shila anak yang baik mah”

“gadis kuliahan yang hamil diluar nikah kamu anggap baik?”

Mata Tasya membulat sempurna. Mencerna kembali perkataan yang baru saja terlontar dari mulut ibunya.

“ma..maksud mamah?”

“liat ini .kakak kesayangan kamu udah berhasil malu-maluin keluarga kita! Dia hamil diluar nikah!”

Mata Tasya menatap benda yang ditunjukan oleh sang mamah. Benda yang saat ini berhasil membuat matanya membulat  sempurna. Dan sesaat mata yang tadinya menatap test pack milik kakaknya , sekarang berganti menatap sang kakak yang saat ini tengah menangis. Ia tak menyangka dengan apa yang diucapkan sang mamah.
Ia masih tak menyangka bahwa kakak satu-satunya bisa melakukan sesuatu yang teramat bodoh.

“sekarang, Pergi kamu!! Anak ngga tau malu! Pergi!!! “

“tapi mah..” ucap shilla memohon.

“pergi!!! dan jangan pernah lagi menganggap aku ibu kamu! Ngga sudi punya anak yang ngga tau diri kaya kamu!!!!! Ayo Tasya masuk”

‘Brakk’

Suara pintu tertutup dengan sangat keras. Shila masih menangis. Namun sesaat kemudian,ia segera bangkit dan melangkahkan kakinya untuk segera menjauh dari rumah ini; rumah yang sekarang bukan menjadi rumahnya lagi.

**
“pokoknya mamah ngga akan ngizinin kamu pacaran sampai kamu kerja nanti”

“tapi mah.. Tasya udah gede, tasya bisa kok jaga diri”

“csh. Gadis umur 16tahun kamu anggap gede. Liat kakak kamu. Dia yang udah kuliah aja masih bisa ‘terjerumus’ . apalagi kamu yang masih 16tahun”

“tapi mah..”

“pokoknya mamah bilang engga ya engga!”

Tasya segera berlari kearah kamarnya. Jika sudah seperti ini ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia segera melangkahkan kakinya dengan langkah lunglai menuju ruangan yang bernuansa pink yang tak lain adalah kamarnya.
Tak menunggu waktu lama, ia segera menuju kearah jendela kamarnya yang langsung  mengarah kearah halaman rumahnya.

Tak sengaja, matanya menatap sosok yang tadi baru ditemuinya, sosok yang membuat ibu nya menjadi begitu murkaa.
‘Tes’

‘Tes’

‘Tes’

 tetes demi tetes airmata jatuh dengan sendirinya tanpa diperintah. Tasya menangis ‘lagi’ ketika memandang sang kakak yang semakin lama semakin menjauh. Ia memandang kakaknya yang saat ini sudah tak terlihat sosoknya. Tangisnya bertambah deras ketika ia memikirkan nasib shilla untuk kedepannya; ‘

‘kak shilla bakal pergi kemana?’

‘gimana nasib kak shila kedepannya?’

‘apa kakak bakal jadi gelandangan diluar sana?’

‘Tuhan, aku ngga mau itu terjadi’

**
Hari ini Tasya telat bangun ‘lagi’.mungkin karna cape semalaman ia habiskan untuk nangis, nangis dan nangis.  Ia segera menuruni anak tangga dengan lari-larian kecil seraya menatap jam yang melingkar pada tangan kirinya ’06:50’. Ah bulshit! Hanya 10menit waktu yang tersisa. Membuat dirinya sekarang harus tak menyantap sarapannya ‘lagi’.

“mamah .. kak shilaa Tasya berangkat” Teriaknya.

Namun sesaat ia diam, mencerna kata-katanya seraya melirik kerah sekitar ‘berbeda!’ kini tak lagi ada sosok sang kakak yang selama in setia menemani Tasya. Namun, ia tak terlalu memikirkan nya. Yang ia fikirkan saat ini hanyalah ‘bagaimana cara agar ia dapat menuju kesekolah dalam waktu yang kurang dari sepuluh menit ini?’
Tasya merutuki dirinya sendiri karna semalam ia mengirimkan sebuah pesan singkat pada difa yang mengatakan agar difa hari ini tidak usah menjemputnya.

Tasya segera berlari menuju halte yang tak jauh dari rumahnya. Berharap pada saat itu juga ada angkot kuning yang akan mengantarkannya ke sekolah.
Namun.. yap! Harapannya kali ini tak meleset. Ia segera menaiki angkot ini dan segera duduk. Namun kekesalannya kali ini melanda ketika sang supir tak kunjung menancapkan gas.

“bang ayo dong jalan; 5menit lagi niiihhhhh”

“iya neng iya sabar atuh”

Dan dengan kecepatan yang tergolong ‘pelan’ pun mobil kuning ini melaju.

**
Disisi lain, seorang pemuda terlihat sesekali memandangi bangku nomor tiga dan sesekali pula melirik kearah jam dindaing yang telah menggantung didalam kelas.
Terlihat ia sedang resah, entah karena apa.

“oy dif, kenapa? Kaya bingung gitu” pemuda yang  tak lain Difa ini menengok kesumber suara.

“eh sal, gapapa”

“oh  yaudah kalo gitu. Oh iya, Tasya mana? Kok tummben ngga sama lo?”

“dia ngga bareng sama gue tadi sal”

“lho kenapa?”

“semalem dia sms katanya dia mau berangkat sendiri”

“ohh.. bentar lagi bel lho dif., apa jangan-jangan dia ngga masuk?”

“paling dia agak telatan. Lo tau sendirilah Tasya gimana”


Bel telah berbunyi. Dan kedatangan bu Zaenab yang tak lain dan tak bukan adalah guru matematika Membuat dua remaja ini maupun siswa-siswi lain menghentikan aktivitas mereka dan dengan cepat, kelas tampak hening dan sosok pada bangku no.3 tak kunjung menunjukan tanda-tanda kedatangannya.

**
 Mobil kuning pun sekarang telah berhenti disebuah halte tak jauh dari sekolah tasya. Gadis ini pun segera berlaju dengan kecepatan extra guna cepat sampai pada sekolah. Sesaat ia menengok kearah jam tangan ditangan kirinya . ‘shit!!jam 07:20’ umpatnya lalu segera berlari kearah belakang guna memanjat pagar sekolah. Karena ia tau, jika ia kearah gerbangpun ia tak akan diizinkan masuk , justru akan mendapat santapan rohani dari sang satpam-.-

Dan dengan mengorbankan tangan dan kaki lecet pun Tasya kini telah berhasil melewati pagar sekolah; dengan susah payaah/

Tasya melangkahkan kakinyamenuju kelasnya yang berada diujung koridor .
“Assalamualaikum”

Seluruh penghuni kelas serentak menengadahkan kepalanya guna mengetahui pemilik suara.

“maaf bu saya telat”

“tasya! Kamu ini, kebiasaan. Kamu telat 25menit ”

“saya tau bu, sekali lagi maaf bu,tadi saya..”

“sudah sudah saya gak mau dengar lagi alasan kamu, sekarang kamu duduk”

‘tap tap tap’

Tasya melangkahkan kakinya dengan nafas yang masih terengah-engah. Mungkin effect berlari dan memanjat pagar tadi yang masih terasa.
Dan langkahnya berhenti ketika kakinya telah sampai pada bangku nomor3 tempat dirinya dan salsha tempati.


“Tasya, kumpulkan PR kamu”

“hah? PR apa sal?”

“PR kemarin lho sya..”

Tasya diam tak menanggapi perkataan bu guru maupun sahabatnya, salsha. Ia justru memejamkan matanya seraya menggigit keras bibir bawahnya.
“sya? Jangan bilang lo belum ngerjain” tebak salsha yang sangat sangat tepat sasaran.
Sedang tasya, ia hanya mampu mengangguk pasrah.

“Tasya! Kumpulkan PR kamu sekarang!”
Perintah bu guru sekali lagi.

“sa..saya bel..belum nger..jain.. b..bu”
Dengan susah payah, tasya mengucapkan kalimat itu. Matanya masih terpejam dengan kepala yang menunduk ketika mengatakan kalimat

Terdengar suara hentakan sepatu yang mengenai lantai yang semakin mendekat kearah bangku no.3. jelas sekali itulah bunyi sepatu bu zaenab yang akan mengarah ke bangku Tasya. Ingin memarahikah? Atau menghukum?pasti.

“sekarang kamu keluar dan bersihkan wc sampai bel istirahat masuk. Ingat! Sampai jam istirahat masuk!!”

“i..iya b.bu”

‘Tap Tap Tap’
Suara sepatu yang berbenturan dengan lantai yang berasal dari kini semakin lama semakin tak terdengar. Menandakan bahwa Tasya telah pergi meninggalkan kelas.
Sedang siswa/siswi lainnya? Mereka kembali disibukan dengan ribuan angka yang memenuhi ruang dalam otaknnya.
Mungkin jika saat ini mereka harus memilih, mereka pasti akan memilih untuk menjadi seperti Tasya. Karna yangmereka ingin ‘terhindar’ dari rumus-rumus matematika yang membuat otak seakan berhenti-__-


**
Bel  pertanda waktu istirahat telah berkumandang (?). siswa/i segera keluar kelas dengan begitu senangnya karena telah terbebas oleh rumus-rumus yang begitu memumetkan :D lain hal nya dengan siswa lain, gadis ini justru sibuk dengan pekerjaannya saat ini.
Ia haruss siap menahan nafas berkali-kali karena tak tahan dengan aroma yang dihasilkan dalam ruangan ini. sedang Salsha Difa yang tak lain sahabtnya seakan menghilang entah kemana bak ditelan bumi.

Saat ini, harapannya hanya satu. ‘bunyikan bel masuk istirahat’ dengan lebih cepat. Karna ia sudah tak tahan dengan bau yang sedari 2jam yang lalu ia hidup berkalikali.
Dan benar saja, bel pertanda waktu istirahat berakhir telah berbunyi. Tasya sangat berterimakasih sekali saat ini karena pihak TU telah mempercepat bunyi bel, pikirnya.

Padahal, semua nampak seperti biasa. Tak ada bel yang dipercepat dibunyikan. Mungkin itu hanya perasaan Tasya saja karena sedari tadi sibuk membersihkan toilet hingga tidak memperhatikan waktu .
Tak ingin membuang-mbuuang waktu, ia segera meninggalkan seperangkat alat pembersih yang ia gunakan sedari tadi disembarang tempat dan segera melangkahkan kakinya menuju kearah kelasnya guna mengikuti pelajaran berikutnya.

bersambung..
kritik dan saran ditunggu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar