29 Oktober 2015
Sinar rembulan
nampak telah mulai melakukan tugasnya. Menyinari dunia yang kian gelap pasca
sang surya telah menenggelamkan dirinya. Aku tampak tak bergerak. Memandangi
suatu objek abstrak tanpa fokus. Sedang dalam lamunanku, terputar dia dengaan
sistematis tanpa kuperintah.
Cinta begitu
misterius, begitu abstrak jika diterjemah. Begitu tak terduga jika difikirkan
ulang. Begitupun aku, Aku tak pernah sadar sejak kapan aku mulai mengaguminya.
Mulai memerhatikan sosoknya. Yang aku
ingat dia ternyata begitu istimewa bahkan sejak pertama kali mataku menatap
lekat pada matanya.
Cinta dalam diam
adalah cinta ketika rasa yang ada dalam diri kamu kian bergejolak namun logika
tak pernah sekalipun berani mengungkapkan apa yang sebenarnya ada dalam
hatinya.sebenarnya bukan tak berani, hanya saja takut tak bisa menerima
kenyataan jika realita tak sesuai dengan apa yang begitu terharapkan.
Hari ini aku
melangkahkan kakiku pada koridor sekolahku. Mulai menapakan kaki pada deretan
tanjakan yang akan mengantarkanku pada kelasku. Tak sengaja mataku menangkap
objek yang akhir-akhir ini mulai mengisi lamunanku. Mataku tak sengaja
menangkapmu yang kemudian dengan tanpa diperintah membuat seluruh tubuhku
terhenti seketika. Lagi-lagi aku dibuat kagum oleh mu. Kulihat kamu dengan
manisnya bercengkrama dengan teman-temanmu. Bibir tak sengaja menyunggingkan
seutas senyum. Tanganku bergerak cepat ‘ur smile’ dan kuenter untuk kujadikan
status bbm.
Ya, aku merindu.
Dan kau tahu, kala tanganku mengetikan itu untuk dijadikan status bbm, dalam
lubuk hati kecil menyimpan harap. Harap bahwasanya kamu akan mengerti lalu
mengetikan sesuatu pula untukku. Atau setidaknya, kamu sekedar peka. Lantas
tersenyum dalam diammu, karena sama tak beraninya untuk mengungkap. Ah
rupa-rupanya, harap dalam anganku telah terlewat batas. Setidaknya, dengan
menuliskan itu, hatiku telah berdamai dengan senyumu, dan itu bentuk laporanku
pada dunia bahwa kali itu, aku sedang mengagummu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar