25 April 2016
Teruntuk
engkau, juga gadismu..
kulihat
kau semakin hari semakin dekat saja
Dengan
tulus, aku turt bahagia atas kebahgiaanmu itu.. meski pada dasarnya harus
kurelakan hidupku kau cabik-cabik kembali. Aku mengerti, sangat mengerti
kalamana aku dan kau bukan lagi tuts-tuts piano yang mana pernah kita bicarakan
sebelumnya. Kau hanya seorang pemuda
yang nampak telah khilaf pernah mencintaiku, sedang aku hanya gadis bodoh yang
dengan mudahnya mempercayai cinta pemuda lugu kala itu. Aku berhasil merubahmu
dan kau nampaknya pun telah berhasil.
Berhasil
mengubur sunset dengan awan hitammu.
Teruntuk
kamu, juga gadismu
Maaf
sempat membawa namamu dalam beberapa tulisan-tulisanku selama ini. Aku meminta
izin kepada kamu juga gadismu karena telah lancang membawa namanya dalam
tulisan semrawutku. Maaf, aku hanya ingin menuangkan segala rasa. Mengingat kau
bukan lagi sosok pendengar setiaku, dan nampaknya pula lelakiku sekarang bukan
pula pendengar antusias sepertimu.
Aku
menulis bukan untuk mengenang, bukan untuk meratap bukan pula untuk dikasihani.
Aku hanya ingin menyadarkan diri. Menyadarkan pada kerasnya hati jikalau kamu
memang perlahan semakin jauh dan jauh lagi. Bahkan aku tak tau lagi sudah
berapa ratus ribu kali lipat dari kita dahulu. Kamu untukku bagai kulit yang
telah merekat erat pada daging. Jadi bisakah kau bayangkan rasanya ketika kulit
ditarik paksa dari daging? Tahukah kamu nasib daging yang tak lagi memiliki
pelindung itu? porak-poranda! Kau pembunuh handal. Kau perusak yang handal. Dan
lagi-lagi aku semakin tersadar jika engkau lah yang telah mati, bukan aku.
Dan
untuk kamu gadis pengganti
Tak
usah perdulikan celotehan gilaku. Tak usah kau pedulikan harapan kosongku. Dan
tak usah khawatir akan adanya aku, karena lelakimu kini telah menggantikanku
sepenuhnya dengan dirimu. Yang aku yakini kau jauh lebih baik daripada aku. Ku
akui aku sempat menjadi kamu, menjadi istimewa karena bersanding dengannya.
Namun percayalah itu hanyalah masa lalu, yang mungkin tak akan ia anggap ada sebelumnya. Bahkan aku tak
pernah merasakan apa yang kau rasakan saat ini.
ku akui, kau jauh lebih beruntung daripada aku.
Kau
tau, hai gadis dari pangeranku..
Pernah
kau lihat dia tertawa bahagia ketika bersamaku?
Pernah
kau lihat dia membawaku ke suatu tempat hanya untuk bercengrama dengaku?
Pernahkah
kau lihat dia membawaku dijok motornya dengan senyuman yang mengukir?
Pernahkah
kau lihat aku bersamanya walau hanya membeli pengganjal perut?
Pernahkau
lihat dia memperkenalkanku dan membawaku dalam kehidpannya?
Pernah
kau lihat dia tersenyum lebar kalamana kuambil foto antara aku dengan dia?
Pernahkah
kau lihat dia melakukan itu semua kala bersamaku? Tidak. Sama sekali tidak.
Karena pada dasarnya aku bukanlah yang ia inginkan dari dulu. Bukan sosok yang
ia cintai betul-betul. Hanya pada dasarnya hanya bisa mempermalukannya jika ia
membawa aku dalam hidupnya.
Kau
tau? Aku selalu ini mencercamu karena iri. Iri karena aku tak pernah merasakan
apa yang selama ini kamu dapatkan darinya. Aku bisa merubahnya mejadi tidak
cuek. Namun kamu lebih hebat merubahnya menjadi seperti ini. selamat! Selamat
berjuang kalian, pasangan idamanku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar