Jumat, 09 Februari 2018

teruntuk kamu, yang sempat hadir.



5 Juni 2016

Untuk kamu, Yang sempat hadir.

Apa kabar? Sudah lama kita tak berkomunikasi, jangankan komunikasi, saling sapapun enggan kita lakukan. Kita masih satu atap sekolah, namun kisah dahulu lah yang sudah membuat kita menjadi orang asing seperti ini. Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu, dan kau? Entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak
Mungkin kau akan bertanya, kenapa aku selalu menulis tulisan-tulisan seperti ini untukmu? Jika kau mengira, karena aku ingin mencuri perhatianmu tentu tidak. Untuk apa. Lalu jika kamu mengira aku ingin mendramatisir keadaan akan takdir, itupun tidak. Sama sekali tidak.
Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga? Aku harap, kau sempat merindukanku walau hanya semalam. Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berjuang dan bertahan dan mudahnya menyerah.  Setidaknya kau mengingat akan gadis yang selalu mencoba menjadi yang terbaik untukmu walau selalu gagal.

Cinta kita hanyalah cinta monyet. Cinta yang tumbuh dibawah atap sekolah. Cinta yang terus tumbuh karena memandang dari jauh. Cinta yang terus tumbuh ketika tak sengaja berpas-pasan lalu kemudian mengukir senyum. Cinta yang terus tumbuh karena pipiku merona setiap kali mendengar namamu. Manis. Aku masih bisa merasakanya walau hanya sedikit mengingatnya.
Aku masih ingat jelas betapa lucunya saat pertama kali aku dan kamu berbincang. Lucu. Kita masih terlihat canggung. Lalu saling tersenyum sesudahnya.
Aku juga masih ingat betapa indahnya pagi kala itu. ketika kamu menjemputku jam6 pagi. Entah apa maksudnya kamu menjemputku sepagi itu, aku tak tau. Aku hanya mengira jika kamu tak ingin aku terlambat masuk hanya karena menunggumu. Aku hanya bisa bersembunyi di balik punggungmu. Dan kau tidak pernah tau, seberapa banyak aku tersenyum saat itu.. 

Aku tidak peduli, apakah aku memang cinta pertamamu atau bukan.  Aku tak peduli, apakah kau menyimpan memori tentang hidupku atau tidak. Begitupun kamu, kamu tak pernah peduli apakah aku menyimpan memori tentang hidupmu atau tidak. Walau nyatanya, memori tentang mu sangat sulit untuk aku hilankan.
Kau juga bukan kekasih pertamaku atau kedua. Tapi percayalah. Kau membuat ku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya. Kau membuat aku belajar untuk pertama kalinya.
Kau orang pertama yang membuatku merasa berharga dan merasa dihargai, kau membuat aku merasa bahwa aku adalah seseorang yang patut diperjuangkan, bukan orang yang selalu menunggu, menanti, bahkan meminta.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama dengan segala masalah. Kau selalu mengingatkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, namun siapa yang peduli saat itu. yang aku tau hanya, cinta itu menyakitkan ketika kamu pergi. Itu saja. Bodoh? Iya. Sangat bodoh. Terkadang aku pun tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita amat sangat lucu ternyata.
Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah. Entah aku atau kamu. Namun aku tak menyalahkan siapapun, karena untuk masalah perasaan semua orang akan merasa benar. Merskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tau maksud dari semuanya.

Perjalanan memang terkadang membuat aku terbang lalu jatuh. Dan terimakasih, kamu telah sempat menjadi perjalananku. Hidup terkadang manis seperti gulali yang aku beli ditaman hiburan, tapi ada masanya terasa pahit sama seperti aku yang tak sengaja menyesap ampas kopi. Dan kamu, telah menjadi keduanya disaat yang bersamaan. Sekali lagi, terimakasih. Untuk pernah hadir lalu pergi. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.

Untu  kamu, yang sempat hadir.
Aku tadi mengatakan bahwa aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini semua aku tak lagi merasakanya. Aku sedang tersenyum, percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindukanmu lagi. Tugasku sudah cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih baik mungkin?hahaha aku bercanda. Aku tidak lagi kekanak-kanakan. Aku hanya berharap, aku dan kamu baik-baik saja. Kita bahagia bersama, meski pada jalan yang berbeda.
Dan harapan terakhirku, aku dan kamu akan bertemu disuatu waktu dengan sebuah senyuman. Tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang . dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya.
Iya, aku akan mengenalkanmu dengan seseorang yang telah membuatku tersenyum setelah kamu membuatku menangis. Dan kamu, mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku sedangmenangis. 

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Bahagiamu, bahagiaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar