31 Agustus 2015
Sosok Nyata Yang Perlahan Menjadi Angan
Semuanya terlihat normal normal saja sampai satu
tahun ini. Hingga pada akhirnya semua berubah. berubah bagaikan istana pasir
yang dihempas oleh derasnya ombak.
Satu tahun yang lalu, kita sepakat memilih untuk
berkomitmen bahkan sampai mengorbankan seseorang. Dan satu tahun kemudian kita
memilih untuk menghentikan komitmen yang sebenarnya kita buatsendiri. Semua
berjalan sama sekali diluar dugaan. Semua harapan, semua angan dan semua citacita
sirna begitu saja diakhir agustus ini.
Aku pernah merasa jadi orang paling beruntung
ketika namaku senantiasa bermuara dalam istana hatimu. Aku pernah merasa
menjadi teristimewa ketika kamu memperlakukanku bak seorang princes yang
senantiasa kamu jaga. Aku pun pernah merasakan sebegitu nyamannya ketika kamu
menggenggam tangan mungilku seakan tak ingin kehilanganku serta bersandar
dibahuku seakan kamu adalah sosok kecil yang kerap kali bermanja.
Namun dari semua itu, aku tiba pula pada titik terbawah
dimana aku kini menjadi orang yang tak ingin kamu harapkan. Seakan aku hanya
butiran debu yang tak kau perdulikan kehadirannya. Aku tak mampu berbuat tak
mampu berkata. Karna pada kenyataanya, itulah kemauan kita, itulah keputusan
kita. Keputusan yang kita ambil dikala emosi berhasil menguasai. Ingin rasanya
aku berontak. Berontak memaksamu untuk kembali disisiku. Meski pada akhirnya
semuanya akan sia-sia.
Hari ini merupakan hari kedua setelah aku dan
kamu memilih menyudahi komitmen yang telah kita buat satu tahun lalu. Aku
acapkali menangis menyadari jika sosokmu kini telah menjadi orang lain. Jujur
saja, hatiku sangatlah teriris tatkala melihatmu dapat tertawa bahagia ditengah
teman-temanmu, sedang aku hanya mampu menangis teriris karena kamu tak pernah
sebahagia itu ketika bersamaku.
Aku benci berada pada pihak yang paling mencinta.
Aku benci ketika aku tak mampu menahan rindu yang kian bergejolak. Aku benci
ketika menyadari apa yang telah aku lakukan dua hari yang lalu. Dimana hatiku
kian memanas hingga emosi telah meracuniku. Dan hingga pada akhirnya aku telah
menyesal karenanya.
Aku tak pernah merasa seorang diri karna bayangmu
acapkali bermuara dalam anganku. Membuatku menjadi pribadi yang tak tau arah.
Hingga pada akhirnya aku baru menyadari betapa menyakitkannya mengikhlaskan apa
yang tak pernah terbenakkan. Aku sekarang menyadari, betapa besar cintaku
terhadapmu. Betapa tulus semua pengorbanan yang telah aku lakukan. Karna semua
sakit selama ini justru kian membesar ketika kamu telah memilih pergi dari
hidupku. Ingin rasanya aku memohon, memaksamu untuk tetap tinggal disini
memperbaiki surga yang selama ini kita buat. Namun untuk apa memaksakan sesuatu
yang justru membuat pangeranku tersiksa.. Karna aku rasakamu begitu bahagia
tanpa kehadiranku.
Aku pernah menemukan sebuah quotes yang
mengatakan jika ”merasa dicintai sebegitunya membuat kita berlaku seenaknya.
lupa bahwa ia bisa pergi kapan saja” dan sekarang aku merasakannya. Aku pernah
merasa begitu diistimewakan. Hingga pada akhirnya akupun merasakan bagaimana
rasanya dicampakan. Kemarin, logika yang senantiasa melihat hati teriris
melihat sikapmu acapkali menyuruhku untuk pergi menyudahi semua ini.namun
apalah daya, ketika semua angan logika telah terpenuhi, hati tak kunjung
berhenti menangis. Ia justru semakin hebat menangisimu. Semakin memanggil
namamu untuk kembali bersanding bersamaku.
Aku masih senantiasa terjaga ditengah dinginnya
malam. Masih senantiasa memandang ponsel berharap sebuah kemustahilan
menimpaku. Meski kutahu itu hal bodol namun kerap kali kulakukan dalam penuh
harapan. Tak jarang kutatapi langit-langit kosong tak berpenghuni itu. karna saat
itulah aku berada pada titik ternyaman untuk bernostalgia. Memori-memori itu
seakan memutar dengan sistematis dalam angan. Aku tersenyum miris menatap
putaran rol film dalam khayalanku. Hingga pada akhirnya aku terlelap dalam
mengenangmu.
Bahkan ketika terlelappun otakku masih belum
berhenti mengenangmu. Ketika wajahmu dengan jelasnya terukir dalam kehidupan
mimpi ku. Ketika jemarimu kembali menggenggam tangan mungilku.. Bahkan ketika
aku telah terbangun dari mimpi indahku, aku masih mampu merasakan hangatnya
sosokmu dalam tangan mungil yang telah kau genggam dalam mimpiku semalam. Entahlah
sosokmu begitu sempurna dimataku. Apapun itu, aku selalu mencintaimu. aku
harap, dinginnya langit malam mampu menyampaikan kepadamu jikalau rindu ini
kian memuncak. Aku mencintaimu. Seperti bintang yang tak akan pernah
meninggalkan langit meski awan kerap kali menutupi kehadirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar