Jumat, 09 Februari 2018

sosok nyata yang perlahan menjadi angan.



31 Agustus 2015
Sosok Nyata Yang Perlahan Menjadi Angan

Semuanya terlihat normal normal saja sampai satu tahun ini. Hingga pada akhirnya semua berubah. berubah bagaikan istana pasir yang dihempas oleh derasnya ombak.
Satu tahun yang lalu, kita sepakat memilih untuk berkomitmen bahkan sampai mengorbankan seseorang. Dan satu tahun kemudian kita memilih untuk menghentikan komitmen yang sebenarnya kita buatsendiri. Semua berjalan sama sekali diluar dugaan. Semua harapan, semua angan dan semua citacita sirna begitu saja diakhir agustus ini.

Aku pernah merasa jadi orang paling beruntung ketika namaku senantiasa bermuara dalam istana hatimu. Aku pernah merasa menjadi teristimewa ketika kamu memperlakukanku bak seorang princes yang senantiasa kamu jaga. Aku pun pernah merasakan sebegitu nyamannya ketika kamu menggenggam tangan mungilku seakan tak ingin kehilanganku serta bersandar dibahuku seakan kamu adalah sosok kecil yang kerap kali bermanja.

Namun dari semua itu, aku tiba pula pada titik terbawah dimana aku kini menjadi orang yang tak ingin kamu harapkan. Seakan aku hanya butiran debu yang tak kau perdulikan kehadirannya. Aku tak mampu berbuat tak mampu berkata. Karna pada kenyataanya, itulah kemauan kita, itulah keputusan kita. Keputusan yang kita ambil dikala emosi berhasil menguasai. Ingin rasanya aku berontak. Berontak memaksamu untuk kembali disisiku. Meski pada akhirnya semuanya akan sia-sia.
Hari ini merupakan hari kedua setelah aku dan kamu memilih menyudahi komitmen yang telah kita buat satu tahun lalu. Aku acapkali menangis menyadari jika sosokmu kini telah menjadi orang lain. Jujur saja, hatiku sangatlah teriris tatkala melihatmu dapat tertawa bahagia ditengah teman-temanmu, sedang aku hanya mampu menangis teriris karena kamu tak pernah sebahagia itu ketika bersamaku.
Aku benci berada pada pihak yang paling mencinta. Aku benci ketika aku tak mampu menahan rindu yang kian bergejolak. Aku benci ketika menyadari apa yang telah aku lakukan dua hari yang lalu. Dimana hatiku kian memanas hingga emosi telah meracuniku. Dan hingga pada akhirnya aku telah menyesal karenanya. 

Aku tak pernah merasa seorang diri karna bayangmu acapkali bermuara dalam anganku. Membuatku menjadi pribadi yang tak tau arah. Hingga pada akhirnya aku baru menyadari betapa menyakitkannya mengikhlaskan apa yang tak pernah terbenakkan. Aku sekarang menyadari, betapa besar cintaku terhadapmu. Betapa tulus semua pengorbanan yang telah aku lakukan. Karna semua sakit selama ini justru kian membesar ketika kamu telah memilih pergi dari hidupku. Ingin rasanya aku memohon, memaksamu untuk tetap tinggal disini memperbaiki surga yang selama ini kita buat. Namun untuk apa memaksakan sesuatu yang justru membuat pangeranku tersiksa.. Karna aku rasakamu begitu bahagia tanpa kehadiranku. 

Aku pernah menemukan sebuah quotes yang mengatakan jika ”merasa dicintai sebegitunya membuat kita berlaku seenaknya. lupa bahwa ia bisa pergi kapan saja” dan sekarang aku merasakannya. Aku pernah merasa begitu diistimewakan. Hingga pada akhirnya akupun merasakan bagaimana rasanya dicampakan. Kemarin, logika yang senantiasa melihat hati teriris melihat sikapmu acapkali menyuruhku untuk pergi menyudahi semua ini.namun apalah daya, ketika semua angan logika telah terpenuhi, hati tak kunjung berhenti menangis. Ia justru semakin hebat menangisimu. Semakin memanggil namamu untuk kembali bersanding bersamaku.

Aku masih senantiasa terjaga ditengah dinginnya malam. Masih senantiasa memandang ponsel berharap sebuah kemustahilan menimpaku. Meski kutahu itu hal bodol namun kerap kali kulakukan dalam penuh harapan. Tak jarang kutatapi langit-langit kosong tak berpenghuni itu. karna saat itulah aku berada pada titik ternyaman untuk bernostalgia. Memori-memori itu seakan memutar dengan sistematis dalam angan. Aku tersenyum miris menatap putaran rol film dalam khayalanku. Hingga pada akhirnya aku terlelap dalam mengenangmu. 

Bahkan ketika terlelappun otakku masih belum berhenti mengenangmu. Ketika wajahmu dengan jelasnya terukir dalam kehidupan mimpi ku. Ketika jemarimu kembali menggenggam tangan mungilku.. Bahkan ketika aku telah terbangun dari mimpi indahku, aku masih mampu merasakan hangatnya sosokmu dalam tangan mungil yang telah kau genggam dalam mimpiku semalam. Entahlah sosokmu begitu sempurna dimataku. Apapun itu, aku selalu mencintaimu. aku harap, dinginnya langit malam mampu menyampaikan kepadamu jikalau rindu ini kian memuncak. Aku mencintaimu. Seperti bintang yang tak akan pernah meninggalkan langit meski awan kerap kali menutupi kehadirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar